Dirinya juga menyampaikan, jika besar harapan agar kasus seperti ini (penembakan dengan senjata api) jangan pernah terulang lagi. Untuk itu, dirinya selaku keluarga dan mewakili masyarakat bermohon agar terdakwa dapat dihukum berat sesuai dengan perbuatanya dan peraturan yang berlaku.
"Saya bersedia meletakan jabatannya sebagai Kepala Desa jika dianggap perlu atau hal tersebut bisa membawa ketentraman di desa kami," timpal Susilawati, yang juga menjabat sebagai Kades Desa Besilam Bukit Lembasa.
Sementara itu Nilawati, istri Paino, dalam kesaksiannya juga menceritakan hal tak jauh berbeda dengan apa yang dikatakan saksi Susilawati. Dimana dirinya pertama kali mengetahui suaminya dibunuh dari seorang temannya bernama Manurung. Namun pada saat itu, Manurung tidak berani mengatakan jika Paino tewas dibunuh, melainkan jatuh dari sepeda motor.
"Lokasinya gelap yang mulia dan sudah ramai orang, saya bisa mengenali suami saya. Posisinya telentang dan saya sempat berpikir sepertinya sudah tidak bernyawa. Tapi saya percaya masih bisa tertolong, maka saya bawa ke rumah adik saya Susilawati," kata Nilawati.
"Suami saya direbahkan di bangku dan saya pangku bagian kepala. Ada luka dan darah pada bagian dada kanannya. Cuma gak nampak lukanya tertutup baju. Saya terus mendampingi suami, cuma saya gak fokus lagi," timpal Nilawati, mengenang peristiwa itu.
Nilawati mengatakan hal serupa, jika autopsi di RS Bhayangkara adalah inisiatif keluarga.
"Saat di RSU Putri Bidadari dibuka bajunya dan celana, ada ditemukan proyektil setelah pakaian dalamnya dibuka," sambung dia.
Load more