Lanjut Dewi, pihak keluarga sudah mencoba melarang Sabil untuk pergi bekerja ke luar negeri. "Sebelumnya sudah kami coba untuk melarang Sabil untuk pergi, tetapi karena gaji yang dijanjikan terbilang banyak, dan Sabil juga membawa harapan untuk merubah nasib keluarga, Sabil tetap berangkat," jelasnya.
Dewi menjelaskan, Sabil berangkat menuju Thailand pada tanggal 24 November 2022 bersama dua orang temannya. "Saat sudah sampai di sana, Sabil mengatakan kepada saya bahwa dirinya tidak berada di Thailand melainkan dibawa ke Myanmar," ucap ibu empat anak tersebut.
Selain itu, Sabil juga mengatakan bahwa ia tidak bekerja sebagai figuran, melainkan sebagai tenaga komputer di sebuah perusahaan. Kata Dewi, untuk bulan pertama, Sabil memang mendapatkan gaji, tetapi jauh beda dengan yang dijanjikan, yaitu Rp6 juta pada bulan pertama.
Selanjutnya, pada bulan kedua bekerja, Sabil hanya mendapatkan gaji sekitar Rp3 jutaan. "Pada bulan pertama, Sabil sempat mengirimkan uang sekira Rp4 jutaan dan pada bulan kedua Rp2 jutaan," terang Dewi.
Pada awal bekerja, Dewi menyebut bahwa ia rutin berkomunikasi dengan Sabil, satu kali seminggu via video call. Kemudian, 15 hari sekali dan sampai satu bulan sekali. "Itupun ada jadwalnya dan diawasi saat video call, dari jam 1 sampai jam 3 siang, harus dia dulu yang menelepon, kalau kita yang menelepon tidak bisa," katanya.
Setelah itu, kata Dewi, pada bulan ketiga Sabil mengaku tidak lagi mendapatkan gaji. "Pada bulan ketiga, Sabil tidak lagi mendapatkan gaji, melainkan mendapatkan penyiksaan jika tidak mencapai target dalam bekerja," tuturnya.
Pada bulan Februari 2023, saat berkomunikasi dengan Sabil, barulah anaknya tersebut mengungkapkan apa pekerjaan sebenarnya yang ia lakukan dan apa yang ia alami selama bekerja di sana. "Ternyata anak saya itu dipaksa menjadi bekerja sebagai sindikat penipuan online dan diancam oleh perusahaan itu untuk tidak memberitahukannya," jelas Dewi.
Load more