Seluma, Bengkulu - Beberapa hari terakhir setidaknya ada 6 dari 14 kecamatan di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu telah beredar uang palsu. Peredaran ini sangat masif menyasar warung kelontong hingga Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Seluma.
Beredarnya uang palsu diketahui pertama kali di SPBU Kota Tais, Bengkulu. Petugas menemukan 10 lembar pecahan uang Rp100 ribu. Uang palsu ini diketahui saat petugas SPBU menyetor uang di bank, yang kemudian melakukan pengecekkan ulang menggunakan sinar ultraviolet.
"Ditemukan pertama dari petugas SPBU, kemudian menyusul beberapa kecamatan lain di sejumlah warung kecil milik masyarakat," ungkap Kasat Reskrim Polres Seluma, Iptu Dwi Wardoyo kepada tvonenews.com, Jumat (17/2/2023).
Pecahan uang palsu ini ditemukan dari nominal Rp100 ribu, Rp50 ribu hingga Rp20 ribu. Meskipun ditemukan di berbagai wilayah namun belum ada satu pun laporan resmi masuk ke polisi.
Temuan uang palsu di enam kecamatan di Seluma yakni, Kecamatan Sukaraja, Air Periukan, Seluma Barat, Seluma Timur, Kota Seluma dan Lubuk Sandi.
"Ini menjadi persoalan juga di mana warga yang tertipu uang palsu sudah kami temui dan lakukan cek, namun para korban belum ada yang melapor ke polisi secara resmi," terang Kasat Reskrim.
Kualitas uang palsu yang beredar, lanjut Dwi, berkualitas baik karena tidak akan dideteksi hanya menggunakan pendekatan 3D (diraba, dilihat, diterawang).
"Uang palsu yang ditemukan cukup menyerupai, diterawang ada tali airnya, diraba nyaris seperti asli. Jadi masyarakat awam bisa terkecoh, sehingga spesifik harus gunakan tambahan seperti alat sinar ultraviolet, baru agar tahu itu uang palsu," sambungnya.
Telah banyaknya peredaran uang palsu ini, kata Kasat Reskrim, pihaknya telah menurunkan tim untuk melakukan penyelidikan terkait beredarnya uang palsu di daerah itu.
"Tim sudah turun melakukan penyelidikan di lapangan, kasihan masyarakat pedagang, untung sedikit dapat uang palsu pula," pungkasnya.
Sementara itu, Karno salah satu pemilik warung di Desa Padang Pelawi Sukaraja mengatakan, dirinya telah dua kali menjadi korban peredaran uang palsu pecahan Rp 50 ribu. Dia mencurigai aksi pelaku ini dilakukan saat warungnya sedang sibuk pembeli, sehingga tidak awas saat menerima uang palsu.
"Sepertinya ditukarkan, saat warung lagi ramai pembeli, ntah itu beli minyak, beli lain-lain lah, sehingga mana kita tahu kan," ujarnya. (rgo/wna)
Load more