Bendungan Bili-bili Dibuka, Ratusan Warga Di Bantaran Sungai Jeneberang Mengungsi
Ratusan warga yang tinggal di bantaran Sungai Jeneberang, Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terpaksa mengungsi .
Rabu, 12 Februari 2025 - 14:01 WIB
Sumber :
- Idris Tajannang
<div>Makassar, tvOnenews.com – Ratusan warga yang tinggal di bantaran Sungai Jeneberang
, Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, terpaksa mengungsi setelah pintu Bendungan Bili-Bili di Kabupaten Gowa dibuka.
Warga yang panik memilih mencari tempat perlindungan di Masjid Al Ikhlas, Jalan Malengkeri 3, sambil membawa pakaian dan barang berharga mereka.
Banjir akibat meluapnya Sungai Jeneberang merendam permukiman warga sejak Selasa sore, 10 Februari 2025, sekitar pukul 16.30 Wita.
Ketua RT setempat, Erlinawati, menyebutkan bahwa jumlah pengungsi terus bertambah seiring dengan naiknya debit air.
“Hingga pukul 23.00 WITA, sudah ada 73 kepala keluarga dengan total 263 jiwa yang mengungsi di masjid. Kemungkinan jumlah ini masih akan bertambah jika air terus naik,” ujar Erlinawati.
Ia juga menerangkan jika pengungsi yang kini berada di masjid Al ikhlas didominasi oleh lansia, balita, anak anak, remaja hingga emak-emak.
"Semua pengungsi dari satu RT semua, mereka ini tinggal di bantaran sungai Jeneberang," ungkapnya.
Erlinawati menuturkan jika kebutuhan para pengungsi sekarang ini adalah makanan.
"Kebutuhan pengungsi untuk sekarang ini yaitu mereka butuh makan karena dari tadi tidak ada yang makan," pungkasnya.
"Mereka mengungsi dari tadi jam 6 sore. Dan belum makan, mereka berharap bisa kerumah memasak namun ternyata air justru semakin tinggi," tambahnya.
Salah satu pengungsi, Sugiati, juga mengungkapkan jika kondisi rumahnya yang terendam banjir cukup parah. Ia juga mengeluhkan belum adanya bantuan makanan bagi para pengungsi sejak mereka tinggalkan rumah.
“Ketinggian air di rumah saya sekitar dua meter. Kami terpaksa mengungsi ke masjid, tapi sampai sekarang belum ada makanan yang diberikan kepada kami,” kata Sugiati.
"Tadi ada bantuan makanan, cuma beberapa saja yang dapat, makanannya tidak cukup. Kami mau Mesak tapi tidak ada kompor."Sambungnya.
Sugiati menambahkan, sejak meninggal rumahnya sekitar pukul 17.00 Wita tadi, ia tidak lagi mengetahui kondisi rumahnya.
"Saya sudah tidak tau kondisi rumah saya, karena saya mengungsi sekitar pukul 17.00 Wita tadi. Sebelum saya tinggalkan rumah air setinggi lutut saya, itupun rumah saya rumah panggung," jelasnya.
Load more