Luwu, tvOnenews.com - Pondok Pesantren Darul Istiqomah di Desa Wara, Kecamatan Kamanre, Luwu, Sulawesi Selatan mendapat teror dan didatangi sejumlah warga.
Teror ini terjadi diduga akibat sengketa lahan tempat pesantren dibangun. Video aksi teror pada lembaga pendidikan tersebut viral.
Dalam video tersebut terlihat belasan orang santri putri menangis histeris dalam masjid. Lalu, terlihat beberapa orang laki-laki berusaha menenangkan para santri.
"Satu orang diduga pelaku penyerangan sudah ditangkap dan sekarang masih menjalani pemeriksaan. Hasil penyelidikan sementara, aksi teror ini ada kaitannya dengan sengketa lahan antara ahli waris pemilik lahan dan pengasuh pesantren," kata Kapolres Luwu AKBP Arisandi, Jumat (15/12/2023).
Arisandi mengatakan persoalan lahan antara ahli waris dan pengasuh pesantren sudah berlangsung lama dan belum ada kesepakatan dari para pihak.
Akibatnya anak-anak yang belajar di pondok pesantren tersebut menjadi korban.
"Sebelumnya sudah ada yang kita proses dan sudah sampai ke penuntutan. Kasusnya terkait hak dan kemerdekaan anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sebelumnya pemilik lahan melarang aktivitas di pesantren dengan memblokade semua pintu masuk ke pesantren," ujarnya.
Arisandi menyebut polisi masih terus mengembangkan kasus ini dan dimungkinkan adanya pelaku lain yang ikut terlibat.
Penyerangan di Pondok Pesantren Darul Istiqomah terjadi pada Rabu (13/12/2023) malam lalu. Penyerangan itu menyebabkan kerusakan pada beberapa bangunan serta melukai santri putra.
"Sempat dibakar, tapi cepat dipadamkan oleh pengurus pondok pesantren sehingga api tidak membesar," ungkapnya.
Sementara itu, Kiki selaku keluarga ahli waris pemilik lahan membantah adanya penyerangan.
Menurut Kiki, santri putri yang histeris menangis seperti dalam video itu terjadi dalam masjid pesantren dan tidak ada penyerangan apalagi pelecehan seksual.
Kiki menjelaskan sejumlah kerabatnya memang datang ke pondok pesantren untuk mencari pelaku yang terlibat cekcok dengan pamannya.
Akibat cekcok itu, pamannya yang juga ahli waris mengalami luka dan harus dilarikan ke rumah sakit.
"Bahkan pihak pengasuh pesantren membobol pagar dan merusaknya agar bisa masuk ke pesantren. Padahal sudah kami wanti-wanti untuk tidak melakukan aktivitas apapun sebelum persoalan lahan selesai," kata Kiki.
Keluarga ahli waris tidak pernah melarang aktivitas belajar di pesantren. Tapi pengasuh pesantren, kata dia, justru berusaha menghapus atau mengeluarkan pemilik lahan sebagai pengurus pesantren. (has/nsi)
Load more