Buton Tengah, tvOnenews.com - Puluhan tahun kesulitan air bersih, warga Desa Lowu-Lowu, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, terpaksa menyeberangi lautan menggunakan perahu menuju sumber mata air di tepi pantai Desa Tanjung, Kabupaten Muna, untuk mendapatkan air bersih. Aktifitas ini dilakukan setiap hari dengan waktu tempuh hingga dua jam.
Setiap pagi di pesisir pantai Desa Lowu-lowu selalu ramai dengan aktifitas warga yang bersiap untuk mengambil air bersih di pulau seberang di Desa Tanjung dengan menyeberangi lautan.
Ibu-ibu di Desa Lowu-lowu setiap paginya beramai-ramai menentang galon dan jerigen untuk mendapatkan air bersih di pulang seberang, Senin (16/10/2023).
Menurut Kepala Desa Lowu-lowu, Karim Wendo, aktifitas warga ini sudah dilakukan sejak puluhan tahun silam dikarenakan tidak adanya satupun sumber air. Meskipun layanan air bersih dari PDAM Buton pernah masuk ke Desa Lowu-Lowu di tahun 2012, namun hanya bertahan selama 5 tahun tepatnya pada tahun 2017 lalu layanan air bersih mulai macet. Wargapun kerap melakukan aksi protes terkait buruknya layanan air bersih dari PDAM tersebut.
"Kami sudah sering melakukan aksi protes tapi tidak ada kejelasan dari PDAM, memang mereka perbaiki pipanya tapi paling hanya satu minggu macet lagi, pernah juga sampe satu bulan tapi sudah macet lagi, begitu terus, " tutur Karim, saat dihubungi, Senin (16/10/2023).
Karim juga mengungkapkan, pemerintah Kabupaten Buton Tengah pernah membangun fasilitas air bersih pada tahun 2019, namun air yang didapatkan rasanya payau dengan rasa asin lebih dominan sehingga tidak dapat digunakan untuk keperluan memasak dan minum.
"Pernah ada program pansimas dari pemerintah tahun 2019, tapi rasa airnya lebih terasa asinnya, dipakai untuk mencuci saja dengan sabun tapi tidak berbusa, " ungkapnya.
Sejak saat itu warga kembali mendayung perahu untuk mendapatkan air bersih. Setiap pagi masing-masing warga yang didominasi kaum ibu menenteng beberapa jerigen air berbagai ukuran menuju perahu yang sudah menanti di tepi pantai. Setiap perahu mengangkut 5 hingga 10 orang, tergantung ukuran perahunya, namun tidak sedikit juga ibu-ibu mendayung perahunya sendiri ditemani anak kecil mengarungi lautan.
Setiap pagi warga Desa Lowu-Lowuyang didominasi ibu-ibu harus menyebrangi lautan menggunakan perahu untuk mendapatkan air bersih di pulau seberang.
Pagi hari merupakan saat yang tepat bagi warga ntuk menyeberangi lautan karena kondisi laut sedang teduh dan tak berombak, meski begitu mereka harus bergegas mengambil air karena gelombang laut biasanya bisa berubah ekstrim saat siang hari.
Jarak yang ditempuh dari Desa Lowu-lowu menuju sumber air di Desa Tanjung, Kabupaten Muna, lumayan jauh. Kata Muslimin Rifai, salah satu warga yang rutin mengambil air di Desa Tanjung, jika menggunakan perahu bermesin dapat ditempuh dalam waktu 30 menit. Namun tidak sedikit juga warga menggunakan perahu tanpa mesin, mereka harus mendayung dengan waktu tempuh hingga dua jam.
Saat tiba di sumber mata air, wargapun harus mengantri karena untuk mendapatkan air, warga harus mengambilnya menggunakan ember yang diikat dengan tali.
Setelah semua warga sudah mengisi perahunya dengan jerigen berisi air bersih, saatnya warga untuk kembali ke desa dengan berjalan beriringan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Warga Desa Lowu-Lowu berharap pemerintah daerah setempat dapat membangun fasilitas air bersih di desa yang berpenduduk 1024 jiwa itu agar warga tidak perlu lagi mengambil air dengan bertaruh nyawa menyeberangi lautan. (jai/frd)
Load more