Jarak antara dua desa tersebut ditempuh sekitar 30 menit. Saat perahu berlayar, Saharudin sempat menghindari tali bagang yang melintang di jalur perahu. Pincara pun mengambil haluan lain agar bisa tetap beroperasi.
Akan tetapi, 20 menit usai berlayar, pincara tiba-tiba kemasukan air karena ada bagian body yang bocor. Saat itu, jarak pincara dan daratan tersisa puluhan meter lagi. Saat pincara perlahan-lahan akan tenggelam, Saharudin melihat seluruh penumpang yang panik dan saling tarik di perairan.
"Sebenarnya jarak jembatan tujuan itu sudah dekat, sekitar 20 meteran, hanya mereka yang panik. Orang baku tarik-tarik mi di situ, saya saja ditarik padahal sa sudah ingatkan supaya tenang dan berpegang di body," tambahnya.
Disela-sela kepanikan warga, Saharudin menyadari bahwa di perahu itu ada anaknya. Ia pun berteriak dan memanggil nama sang anak. Ternyata anaknya menyahut. Dengan cepat, ia pun langsung berenang mendekati suara anaknya lalu menyelamatkan sang anak lebih dulu ke daratan.
"Saya bawa dulu anak ku darat. Kemudian saya berenang pulang balik selamatkan yang lain yang bisa saya selamatkan," tambahnya.
Dalam kejadian ini, 15 orang meninggal dunia dan seluruh korban telah dimakamkan secara masal pada Selasa (25/7), sore.
Atas insiden yang menimpanya, Saharudin mengaku pasrah. Ia pun hanya bisa mengingat peristiwa tragis itu sembari menjalani hukuman yang ia hadapi. Atas kelalaiannya pula, Saharudin memohon maaf kepada keluarga besarnya dan seluruh keluarga korban yang telah meninggal dunia.
Load more