Startup Jepang Karya Dua Profesional Indonesia, Pertama yang Menghubungkan Talenta Muda Indonesia ke Industri Kehutanan Jepang
- Istimewa
Program ini diintegrasikan dengan SKS akademik mahasiswa tanpa biaya tambahan, sehingga tidak menambah beban kuliah maupun masa studi. “Sebagai institusi pendidikan, kami ingin mahasiswa kami tidak hanya menguasai ilmu tetapi juga siap untuk memasuki dunia kerja internasional. Kerja sama dengan Nosuta memberikan jalur karier yang jelas dan relevan sesuai dengan slogan UMM sebagai Center for Future Work,” ujar Galit Prakosa, Kepala Departemen Kehutanan UMM.
Jumlah tenaga kerja kehutanan di Jepang pada tahun 2022 tersisa sekitar 42 ribu orang, atau hanya sepertiga dibandingkan dengan era 1980-an. Sementara itu, kebutuhan pengelolaan hutan justru semakin meningkat karena sekitar 64% hutan tanaman di negara tersebut telah berusia 50 tahun ke atas, dengan kata lain, memasuki usia tebang.
Melalui program Startup Visa dan dukungan Pemerintah Kota Fukuoka, Nosuta mendapat pendampingan dari tim Global Business Support di Fukuoka Growth Next. “Nosuta adalah startup pertama yang menyoroti krisis tenaga kerja di sektor kehutanan Jepang. NOSUTA dan inisiatif “Operator Universitas Virtual”-nya dapat menjadi solusi inovatif yang menghadirkan talenta baru dari Indonesia, dan kami memiliki harapan serta ekspektasi yang tinggi! ujar Shun Ono, perwakilan Global Business Support.”
Setelah sukses menerapkan program perdana di UMM, Nosuta berencana memperluas kerja sama dengan universitas-universitas lain di Indonesia dan Asia Tenggara. Perusahaan ini optimistis dapat menciptakan lebih banyak kisah sukses dan membuka peluang yang lebih luas bagi mahasiswa kehutanan Indonesia yang tertarik berkarier di Jepang. Dengan dukungan ekosistem startup di Fukuoka dan jaringan industri kehutanan yang kuat, Nosuta menargetkan untuk terus mengembangkan program yang berkelanjutan, sekaligus membantu menjaga kelestarian hutan melalui pemanfaatan tenaga kerja muda yang profesional.(chm)
Load more