“Kehadiran negara-negara besar, termasuk diplomatnya, membuktikan bahwa Indonesia mampu menjadi titik temu bagi kepentingan strategis di Indo-Pasifik,” jelasnya.
MNEK 2025 yang mengundang berbagai negara dari beragam blok politik menunjukkan bahwa Indonesia tetap berpegang pada prinsip politik luar negeri bebas aktif. Indonesia tidak berpihak, tetapi tetap memiliki pengaruh dalam membentuk arsitektur keamanan regional.
Fahmi menambahkan bahwa salah satu tantangan utama dalam hubungan internasional adalah membangun kepercayaan antarnegara, terutama di tengah persaingan geopolitik. MNEK 2025 menawarkan confidence-building measures (CBM) yang memungkinkan angkatan laut negara-negara yang sering bersaing untuk berinteraksi dalam suasana non-konfrontatif.
“Kehadiran AS, China, dan Rusia dalam satu forum latihan yang sama menciptakan ruang interaksi yang lebih cair, di luar diplomasi formal yang sering kali kaku,” ujar Fahmi.
Melalui MNEK 2025, Presiden Prabowo membuktikan bahwa Indonesia mampu memainkan peran kunci dalam diplomasi maritim global. Dengan mengedepankan kerja sama non-tempur, ia membangun pemahaman dan kepercayaan multilateral di tengah dinamika geopolitik yang kompleks.
“Pendekatan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan maritim regional dan memastikan bahwa Indonesia tetap relevan, dihormati, serta memiliki pengaruh dalam arsitektur keamanan Indo-Pasifik,” jelasnya.(chm)
Load more