Ini Yang Membuat Kanwil Kumham Kalbar Juara Penegakan KI
- Istimewa
Selain itu, Kanwil Kemenkumham Kalbar juga menyasar anak usia dini agar melek KI dengan menggerakan puluhan guru KI (Ruki) mengajar siswa sekolah dasar, SMA dan SMK hingga mahasiswa dan dosen.
Selain penyuluhan, Kemkumham Kalbar juga menggerakan Klinik KI Bergerak yang membantu masyarakat dalam proses pendaftaran kekayaan intelektual, mulai dari dokumen yang dibutuhkan hingga prosedur legalnya.Ini untuk membantu UKM dan pengrajin lokal dalam melindungi hasil karya dan produk mereka.
Klinik KI Bergerak tidak hanya berfokus pada informasi, tetapi juga mendorong masyarakat untuk melihat potensi kekayaan intelektual yang ada di sekitar mereka. Kearifan lokal, produk tradisional, hingga seni dan budaya yang mereka miliki, dapat didaftarkan sebagai kekayaan intelektual untuk meningkatkan nilai ekonomi mereka.
Dengan adanya Klinik KI Bergerak, Kanwil Kemenkumham Kalbar berharap dapat meningkatkan literasi masyarakat di daerah perbatasan dan pelosok tentang pentingnya kekayaan intelektual. Selain itu, program ini juga diharapkan mampu, meningkatkan jumlah pendaftaran kekayaan intelektual di Kalimantan Barat, terutama dari UKM dan pelaku industri kreatif lokal, memproteksi hasil karya masyarakat setempat dari eksploitasi pihak luar yang tidak bertanggung jawab serta memberikan dorongan ekonomi melalui pemanfaatan kekayaan intelektual untuk menciptakan produk yang bernilai tinggi dan bersaing di pasar.
Kepala Divisi Pelayanan Hukum Kanwil Kemenkumham Kalimantan Barat EVA gantini mengakui sampai saat ini masih banyak pelaku UMKM di wilayah pelosok dan perbatasan di Kalimantan Barat hingga kini belum melek KI.
Ketidaktahuan pelaku UMKM ini, kata dia, seringkali dimanfaatkan oleh orang orang Malaysia untuk membeli produk mereka dengan harga yang murah, lalu dijual lagi dengan harga sampai lima kali lipat.
"Banyak produk produk diperbatasan yang dibeli murah, kemudian di Malaysia direbranding lagi lalu dijual dengan harga sangat mahal," kata Eva
Eva Gantini mengatakan kebiasaan warga diperbatasan akan membawa produk produk mereka yang mereknya belum didaftarkan ke Malaysia pada akhir pekan, dengan asumsi harga lebih mahal.
Kenyataanya produk Indonesia dibeli dengan harga murah, oleh orang Malaysia diberi merek sendiri kemudian dijual dengan harga berlipat lipat.
Load more