Menurut Paulina, kesulitan air bersih ini juga dipicu dengan adanya kerusakan jaringan air bersih kondisi ini yang dibangun pemerintah menggunakan APBD Perubahan Dana Pinjaman Daerah tahun 2021 senilai Rp871. 888.157,64 ( Delapan ratus tujuh puluh satu juta, delapan ratus delapan puluh delapan ribu seratus lima puluh tujuh rupiah) yang dikerjakan oleh CV. Krisan sering mengalami kerusakan dan diduga bermasalah.
"Pak disini memang ada jaringan air bersih, namun rusak. Padahal baru dikerjakan tahun 2021 lalu. Makanya mau tidak mau kami harus jalan kaki turun gunung untuk dapatkan air " terang Paulina.
Kondisi kesulitan air bersih di dusun ini, tidak saja dirasakan warga umumnya. Namun anak-anak sekolah merasakan dampak dari kesulitan air bersih ini.
Seperti yang dialami Agnesia Nona Yulin, Siswa kelas 3, SDN Natarrita. Berapa tidak, setiap pagi sebelum ke sekolah, harus berjalan kaki untuk mengambil air dari kubangan ini agar bisa digunakan untuk mandi agar bisa ke sekolah.
"Saya setiap pagi sebelum ke sekolah mesti datang ambil air ini untuk mandi. Karena jalan jauh, maka saya sering terlambat ke sekolah," kisah Nona Yulin.
Nona Yulin dan warga lainnya berharap, pemerintah bisa memperbaiki dan membangun kembali jaringan air bersih yang ada, sehingga tidak lagi mengalami krisis air bersih. (ofk/ask)
Load more