Lumajang, Jawa Timur - Akibat hujan lebat di hulu sungai tak kunjung reda, menyebabkan Gunung Semeru (3.676 Mdpl) kembali memuntahkan banjir lahar hujan, Selasa (7/2) sore.
Sesuai informasi yang diterima Pusdalops BPBD Kabupaten Lumajang dari petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Pos PVMBG Gunung Sawur, terekam getaran banjir sejak pukul 14.24 WIB, dengan amplitudo maksimum 15 milimeter dan berlangsung naik turun atau fluktuatif.
"Informasi awal getaran banjir amak 15 mm, hujan lebat juga sedang terjadi disekitar pos pantau curah Kobokan, sehingga diputuskan untuk menutup sementara jalur penyebrangan curah kobokan atau tol cikali, pada pukul 16.05 WIB beberapa saat sebelum banjir datang," kata Dwi Nurcahyo, petugas piket Pusdalops BPBD Kabupaten Lumajang saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (7/2).
Penutupan jalur penyeberangan ini, akhirnya menimbulkan antrian panjang kendaraan roda 2 maupun 4 baik dari arah Lumajang menuju Malang maupun sebaliknya.
Melalui sarana media sosial dan komunikasi secara langsung dengan menggunakan alat komunikasi HT, Pusdalops BPBD juga memberikan peringatan dini terkait potensi terjadinya Awan Panas Guguran (APG) terutama bagi warga yang berada di sekitaran Daerah Aliran Sungai (DAS).
"Untuk yang berada di sekitaran DAS, dimohon untuk hati-hati meningkatkan kewaspadaannya dan siaga di karenakan visual gunung berkabut dan cuaca hujan potensi APG sewaktu-waktu bisa terjadi," imbuhnya.
Mengantisipasi terjadinya APG, semua warga di himbau segera menjauh dari tepi aliran sungai Besuk Kobokan.
"Untuk sekitaran aliran sungai curah kobokan telah kami kosongkan mengantisipasi turunya APG," jelasnya.
Sementara itu, sejumlah warga yang hendak melintas lebih memilih bertahan menunggu aliran lahar surut dibandingkan berbalik arah. Warga dan pengendara lebih memilih menunggu dan memarkir kendaraannya di sekitar Dusun Kajar Kuning untuk menjauhi aliran sungai.
"Saya mau ke Blitar, hampir 2 jam nunggu aliran surut. Saya tetap lewat tol cikali karena lebih cepat dibandingkan lewat jalur lain," kata Yoga warga Jember.
Senada dengan Yoga, Mukhlisin juga memilih tetap menunggu aliran surut dibandingkan harus putar balik. Sebab, dia harus menanggung biaya bahan bakar yang akan bertambah kalau lewat jalur Probolinggo.
"Saya bawa muatan sayur mau dikirim ke Malang, kalau harus putar balik lewat jalur Probolinggo otomatis biaya solar juga bertambah. Saya sudah biasa nunggu kalau ada banjir. Ya mudah-mudahan banjir segera surut," pungkasnya. (wso/gol)
Load more