Lumajang, Jawa Timur - Puncak acara peringatan Hari Santri Nasional tahun 2022 di Kabupaten Lumajang, dimeriahkan dengan kegiatan lomba ngeliwet di depan Kantor Bupati Lumajang. Ngeliwet adalah proses menanak nasi di sebuah panci. Panci berisi beras itu kemudian dimasak di atas tungku dari susunan batu bata dan apinya berasal dari kayu bakar kering.
Ngeliwet ini menjadi budaya yang kerap kali dijalani oleh para santri di pondok pesantren dengan berbekal peralatan dan bahan seadanya yang ada di sekitar pondok pesantren.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengatakan, event kali ini sengaja dilaksanakan sebagai bentuk nostalgia masa lalu sebagai seorang santri. Menurutnya, ngeliwet ini selain melatih kesabaran karena prosesnya lama, tapi juga melatih rasa syukur manusia kepada Pencipta. Sebab, bagaimanapun hasil masakannya pasti akan dimakan dan tidak akan tersisa.
"Kita ingin nostalgia aja dulu waktu masih jadi santri jadi para kyai, gus, dan pengasuh pondok kita kumpulkan disini lomba ngeliwet," kata Thoriq di Lumajang.
"Bisa dilihat tadi ada yang gosong, ada yang belum matang, tapi ya namanya santri tetap saja dimakan," imbuhnya.
Thoriq menambahkan, akan menggelar festival ngeliwet yang lebih meriah lagi tahun depan. Rencananya, akan melibatkan ribuan pondok pesantren di Lumajang dan sekitarnya.
"Ini masih kita pikirkan, kalau bisa ajak semua pondok ini kan ribuan ya, bikin seribu liwetan, wah ini bisa rekor muri ini," ucapnya.
Sementara, Wakil Ketua DPRD Lumajang Bukasan menyebut lomba ngeliwet ini sebagai peringatan kepada kaum laki-laki bahwa tugas perempuan di rumah itu tidak mudah. Menurutnya, menjadi santri adalah sarana melatih kemandirian dalam menjalani kehidupan setelah berkeluarga.
"Ini peringatan ya bagi yang laki, ternyata istri di rumah itu susah lo, kita harus siap, kalau santri pasti udah biasa seperti ini," jelasnya.
Acara ini ditutup dengan makan bersama beralaskan daun pisang dengan saling bertukar lauk hingga rebutan sambal. (wso/hen)
Load more