Banyuwangi, Jawa Timur - Aksi demo menolak kenaikan harga BBM yang dilakukan oleh mahasiswa di Banyuwangi Jumat (16/9) lalu, berbuntut panjang. Lima orang mahasiswa dari lintas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Banyuwangi diperiksa Polresta Banyuwangi, Selasa (20/9). Kelimanya diduga menjadi pelaku anarkisme dan perusakan sejumlah fasilitas Kantor Pemkab dan DPRD Banyuwangi saat berdemo.
“Jadi ini hanya oknum mahasiswa. Kami mintai keterangan satu per satu terkait perusakan fasilitas publik,” kata Kapolresta.
Pemeriksaan lima mahasiswa ini dilakukan secara maraton. Menurut Kapolresta, motif kelima mahasiswa ini adalah kekesalan pribadi. Namun, ditumpahkan ke ranah sosial. Mereka merusak papan nama Kantor DPRD dan Pemkab. Mereka juga melakukan mencorat-coret papan nama kantor. Selain itu, merusak pintu gerbang kantor Pemkab.
“Statusnya masih terperiksa. Laporannya masuk model A,” tegas Kapolresta.
Demo berujung anarkis dari mahasiswa juga disayangkan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani. Orang nomor satu di Banyuwangi ini tak mempermasalahkan siapapun menggelar aksi demo. Namun, jangan sampai anarkis.
“Kalau demo berujung anarkis, ini kan mengkhawatirkan bagi keamanan Banyuwangi,” tegasnya.
Sementara itu, di sela pemeriksaan lima mahasiswa, sejumlah perwakilan mahasiswa menggelar aksi di depan Polresta Banyuwangi. Mereka menyayangkan pemeriksaan mahasiswa buntut dari aksi demo menolak kenaikan harga BBM. Mahasiswa mengklaim, pemeriksaan polisi ini sebagai bentuk kriminalisasi mahasiswa. Selama aksi, mereka membentangkan sebuah spanduk dan menutup mulut dengan lakban. (hoa/hen)
Load more