Banyuwangi, Jawa Timur - Ribuan nelayan tradisional di Muncar, Banyuwangi menggelar ritual petik laut, Sabtu (13/8). Tradisi turun temurun ini dilakukan dengan melarung sesaji ke tengah laut Selat Bali.
Petik laut dalam Bahasa Jawa berarti syukuran. Ritual ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil tangkapan nelayan yang tetap melimpah sepanjang tahun.
Ritual petik laut diawali dengan mengarak sesaji yang ditempatkan di sebuah perahu kecil. Warga menyebutnya dengan gitik. Sesaji berisi anak hasil bumi, termasuk kepala kambing. Di dalam sesaji juga diisi sebuah pancing emas. Ini sebagai simbol kemakmuran nelayan.
Usai diarak, sesaji dibawa ke perahu. Puluhan perahu berjejer, bersiap ikut melarung sesaji. Sesaji kemudian dilarung ke laut di dekat semenanjung Sembulungan, persis di perairan jalur masuk Selat Bali dari arah selatan. Begitu sesaji dilarung, nelayan langsung berebut sesaji. Mereka rela terjun ke laut. Beberapa menyiramkan air laut di sekitar sesaji ke arah perahu.
Usai melarung sesaji di Sembulungan, ritual dilanjutkan tabur bunga ke makam Sayid Yusuf, diakhiri dengan selamatan dan doa bersama. Sayid Yusuf adalah orang pertama yang membuka lokasi Tanjung Sembulungan yang kini menjadi pusat nelayan di Banyuwangi. Bahkan, nomor dua nasional.
"Ini tradisi warisan leluhur. Tujuannya, sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang melimpah. Nelayan juga memohon keselamatan dan kemurahan rezeki," kata Ketua Panitia Petik Laut Muncar, Khoirul Imam.
Ritual petik laut di Muncar menjadi yang terbesar di Banyuwangi. Kegiatan ini selalu memikat wisatawan dari berbagai daerah.
Load more