BNSP dan LSP Perkerisan Indonesia Kukuhkan Kurator Keris Profesional
- tim tvOne
Kecintaan Rivo pada budaya Nusantara tidak berhenti pada koleksi pribadinya yang telah mencapai ratusan keris, tombak, dan pusaka lain. Melalui Yayasan Ethnic Indonesia Berbagi dan Koperasi Ethnic Indonesia Sejahtera, ia juga aktif menyalurkan beasiswa bagi mahasiswa Prodi Keris ISI Surakarta serta mendukung UMKM yang bergerak di sektor budaya.
Langkah-langkah tersebut, menurutnya, merupakan bentuk nyata pelestarian budaya berkelanjutan.
“Saya ingin generasi muda melihat pusaka bukan hanya dari sisi mitos atau spiritualitas, tapi juga sebagai karya seni yang kaya filosofi, teknis pembuatannya rumit, dan layak mendapat tempat di panggung internasional,” tegasnya.
Kehadiran pejabat lintas instansi, termasuk perwakilan BNSP, kementerian, hingga tokoh politik dalam acara sertifikasi ini, kian menegaskan bahwa seni pusaka bukan lagi sekadar warisan tradisional, melainkan bagian dari strategi kebudayaan nasional.
Bagi Rivo, momen ini adalah batu loncatan bagi para kurator pusaka Indonesia untuk meningkatkan kapasitas diri, mendapatkan pengakuan internasional, dan menjaga warisan leluhur dengan cara profesional.
Setelah mendapatkan sertifikasi edukator dan sertifikasi kurator, Rivo yang juga konten kreator dengan kanal YouTube Ethnic Indonesia akan terus mengedukasi generasi muda, baik pemula maupun berbagai kalangan, untuk memandang seni dan budaya khususnya Tosan Aji dari sudut pandang yang lebih modern, berbeda, dinamis, dan berkembang. Artinya, tidak sekadar dari sisi spiritual dan mitos yang ditonjolkan, melainkan juga kesulitan pembuatannya, lipatan pamor, bentuk, hingga filosofinya.
“Ini membuatnya lebih optimis, edukator maupun kurator Indonesia ke depannya tidak hanya diakui Indonesia secara resmi, bahkan juga besar kemungkinan diakui internasional,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur LSP Perkerisan Agung Guntoro Wisnu menyampaikan LSP Perkerisan ini adalah kepanjangan tangan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), sehingga negara hadir mengakui profesionalitas pelaku budaya perkerisan, baik yang bergerak sebagai kurator, kreator, maupun konservator.
“Sertifikat ini bukan sekadar formalitas pengakuan dari negara, tapi yang telah mendapatkan sertifikat ini juga harus tetap menjaga tradisi dan memiliki tanggung jawab besar menjaga tradisi perkerisan,” tuturnya.
Agung Guntoro menegaskan, sertifikasi kompetensi ini tidak hanya diakui negara, tetapi juga berlaku secara internasional.
Load more