Penerapan Syarikah Bikin Resah dan Bingung Calon Jamaah Haji, KBIH Lakukan Sosialisasi
- tim tvone - sandi irwanto
Surabaya, tvOnenews.com - Penerapan sistem syarikah oleh pemerintah Arab Saudi kepada calon jamaah haji asal Indonesia pada musim haji tahun ini, membuat Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan CHJ kelimpungan dan kebingungan. Meski begitu, untuk meredam keresahan dan kepanikan jamaahnya, salah satu KBIH di Surabaya melakukan sosialisasi terkait penerapan syarikah ini agar mereka memahami tentang kebijakan tersebut.
Bak petir di siang bolong, itulah yang dirasakah sejumlah KBIH di Surabaya dan calon jamaah haji yang dibimbingnya, terkait penerapan syarikah oleh pemerintah Arab Saudi pada musim haii tahun ini. Mereka terkejut dan resah menghadapi penerapan sistem syarikah. Karena itu, KBIH Nurul Hayat salah satu KBIH yang membimbing 333 calon jamaah haji langsung melakukan sosialisasi kepada jamaahnya.
Menurut Ketua KBIH Nurul Hayat Surabaya, Muhammad Molik Latif, dengan adanya sistem baru syarikah ini, pihaknya harus merombak penyusunan kloter yang ditata dan disepakati dengan panitia penyelanggara ibadah haji (PPIH). Meski syarikah ini bertujuan memberikan layanan terbaik kepada jamaah haji Indonesia, dengan ditunjukknya 8 syarikah oleh pemerintah untuk melayani jamaah haji dari Indonesia, agar prosesnya berjalan lancer.
“Tidak ada ombak tidak ada angin, tahu-tahu kami mendapatkan informasi bahwa penyusunan kloter yang sudah disepakati bersama, bahkan kami sudah mendapatkan penetapan di kloter 92 harus dirombak karena Saudi menghendaki keberangkatan kloter itu, satu kloter satu Syarikah,” ungkap Muhammad Molik Latif, Ketua KBIH Nurul Hayat, seusai memberikan sosialisasi kepada calon Jemaah haji.
Bukan tanpa alasan jika pengurus KBIH dan para calon jamaah haji ini resah. Bahkan raut wajah mereka tegang mendengar penjelasan dari pihak KBIH. Aturan baru syarikah ini bisa jadi membuat para jemaah satu kloter bisa terpecah atau terpisah saat menjalankan ibadah haji di Tanah Suci. Tak hanya dengan pembimbing kloternya, bahkan mereka juga bisa terpisah dengan suami atau istrinya, jika syarikah yang menangani mereka berbeda.
“Menjadi persoalan ketika visa yang dikirim pemerintah Arab Saudi ternyata di dalam visa calon jamaah haji itu tidak sama syarikahnya. Dalam satu kloter ada sejumlah syarikah yang menangani, sehingga bisa jadi mereka terpecah dan terpisah dengan pembimbing KBIH,” paparnya.
Tak hanya itu, lanjut Molik, bahkan mereka bisa terpisah dengan suami atau istrinya jika syarikah yang menanganinya berbeda. Karena itu, dibutuhkan sosialisasi terkait syarikah ini untuk memberikan pemahaman dan mitigasi permasalahan jamaah di tanah suci akibat penerapan syarikah.
Molik menambahkan, karena penerapan Syarikah ini, KBIH seluruh Jawa Timur meeting bersama dengan Kakawil Kemenag Jawa Timur. Dalam rapat tersebut dibahas langkah dan solusi mengatasi permasalahan syarikah ini.
“Kami akan berikhtiar, berusaha berharap jangan sampai yang sudah terpecah ini, terpecah lagi menjadi kloter yang terpisah lagi. Harusnya satu hari kan bisa dalam satu kloter tapi jangan sampai nanti terpecah-pecah. Kedua, meskipun tetap di Tanah Suci kami bikin grup WA untuk ajang komunikasi. Selama mereka berpisah dengan pembimbing tapi komunikasi lewat WA Grup tetap kami jalankan. Layanan maksimal di Tanah Suci tetap kami lakukan,” pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang calon Jemaah haji bernama Lukmawati mengaku resah dan bingung dengan penerapan syarikah ini. Pasalnya sejak awal, dirinya memilih bergabung dengan KBIH untuk mendapatkan kemudahan saat menjalankan ibadah haji.
”Jadwal yang sudah disusun dengan baik akhirnya berantakan dan ruwet dengan adanya kebijakan syarikah ini,” keluh Lukmawati.
“Kami jadi tidak tahu kepastian tentang apapun yang akan terjadi, baik keberangkatan ataupun ketika kita nanti sudah sampai disana (Arab Saudi) benar-benar kebijakan ini sangat ruwet, membuat kami bingung. Kami sudah rencana berangkat tanggal 28 Mei akhirnya menyesuaikan dengan jadwal keberangkatan dengan kebijakan baru ini,” ujarnya.
Dirinya berharap meski ada syarikah namun KBIH itu diberi kemudahan, diberi keringanan untuk tetap bisa memantau dan bisa membantu jamaahnya.
“Mungkin bisa berangkat tetap bareng dengan kloternya dengan hotel yang sama dan terpantau lebih intens. Jadi enggak terlalu benar-benar pecah. Kami berharap nanti selama melakukan ibadah haji itu kita sudah dikoordinasi dan masih dibantu sama KBIH,” harapnya.
Pihak KBIH Nurul Hayat memahami keresahan dan bingungnya hati para jamaahnya, sebagaimana yang dialami oleh banyak jemaah haji lainnya di Indonesia. Meski begitu, Muhammad Molik menghimbau kepada para jamaahnya untuk bersabar, menata hati. dengan mengembalikan niat beribadah haji semata untuk Allah, sehingga diharapkan diberi kemudahan dan kelancaran selama menunaikan ibadah haji. (msi/hen)
Load more