Gresik, tvOnenews.com - Ratusan warga nelayan pesisir Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, menggelar tradisi unik sebagai wujud syukur telah terhindar dari musibah dan bencana selama bekerja mencari ikan di tengah lautan.
Para nelayan menggelar sedekah laut dengan menggunakan perahu besar yang membawa aneka makanan dan masakan hasil tangkapan ketengah lautan lepas, untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan.
Seperti diketahui, sedekah laut atau yang diistilahkan dibeberapa daerah sebagai 'Petik Laut' menjadi tradisi yang tetap terjaga sebagai warisan leluhur ribuan nelayan di Desa Campurejo, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik.
Hal itu cukup membanggakan, karena di tengah arus modernisasi yang mengancam eksistensi sebuah tradisi kuno, namun di Desa yang berada di pesisir laut, berbatasan dengan Kabupaten Lamongan tersebut, masih mempertahankan warisan kearifan lokal.
Kepala Desa Campurejo, Amudi, menyampaikan, tradisi petik laut sudah turun temurun dilaksanakan di desanya. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur atas hasil rejeki laut yang diberikan kepada nelayan yang dinikmatinya setiap hari, berupa ikan maupun yang lain.
"Ini kegiatan rutin yang terus kita pertahankan, supaya tidak melupakan nikmat yang diberikan. Selain itu juga tujuannya melestarikan budaya. Kebiasaan nenek moyang yang dulu ya seperti itu. Mungkin dalam keyakinannya orang terdahulu (nenek moyang red-), kalau kita banyak bersyukur kepada Allah maka nikmatnya akan ditambah," ujarnya, Kamis (31/10).
Ia juga menerangkan, acara petik laut tersebut merupakan event besar yang menyedot animo ribuan masyarakat. Sehingga bisa menjadi sarana untuk mempererat kerukunan masyarakat nelayan, Perangkat Desa serta para tokoh setempat.
"Event itu efeknya positif. Dapat menjalin ukhuwah, kebersamaan, persatuan nelayan. Karena nelayan kita ada dari beberapa sektor. Ada sektor jaring ada sektor kursin, ada nelayan tradisional. Jadi ketika ada event seperti itu mereka jadi satu menyatu, kompak untuk menyelenggarakannya," jelasnya.
Kegiatan sedekah laut diawali dengan tumpengan tasyakuran atau bahasa jawanya, "Selametan" yang diisi dengan Istighotsah, Yasinan, Tahlilan, serta doa meminta keselamatan dan rejeki melimpah serta doa untuk tokoh masyarakat Desa yang telah wafat.
Setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan lomba perahu hias dimana perahu-perahu yang dilombakan di hiasi dengan berbagai model yang menarik, setalah itu diparadekan ke tengah laut.
Lalu pada malam harinya diadakan sholawatan bersama atau kegiatan hiburan yang lain.
"Tahun lalu, kita undang Habib Syech bersholawatan disini. Itu perkiraan 10.000 ribu jamaah yang hadir kesini," urainya.
"Karena masyarakat kita mayoritas Islam jadi kegiatan itu isinya perpaduan antara nilai tradisi budaya dan religi.Namun juga ada hiburan lain, seperti elekton," lanjutnya.
Dia juga menerangkan, kegiatan petik laut di desa Campurejo setiap tahun semakin meriah, seiring waktu dan bertambahnya jumlah nelayan. Untuk itu, Ia bertekad ingin membesarkan event tersebut sehingga bisa menjadi icon tahunan yang menarik perhatian umum.
"Masyarakat sangat-sangat antusias. Biasanya ribuan yang hadir. Kalau ada event event seperti itu antusiasme masyarakat sangat luar biasa," jelasnya.
Saat ini, Kades memperkirakan, ada sekitar 600 hingga 700 pemilik perahu, dengan jumlah ribuan warganya yang bekerja di sektor nelayan. Itu merupakan sektor pekerjaan mayoritas dari warganya.
"Harapannya nelayan kami mendapatkan hasil laut yang melimpah. Bahasa nelayannya itu Along dan mereka diberi keselamatan dalam bekerja," pungkasnya.(mhb/gol)
Load more