Banyuwangi, Jawa Timur - Suku Jawa di Banyuwangi, memiliki jajanan khas ketika menggelar hajatan. Namanya, kue jenang. Kudapan tradisional ini menjadi menu wajib ketika warga punya gawe. Rasanya, mirip dodol. Namun, lebih legit dan sedikit kenyal.
Bahan dasar kue jenang adalah tepung ketan, yang kemudian dicampur tape ketan, gula merah dan bumbu lain. Bisa dibayangkan rasanya. Ada manis dan sedikit asam khas tape.
Proses pembuatan kue jenang tidak mudah. Dibutuhkan perjuangan panjang untuk membuat jenang, karena kuliner kuno, sehingga peraciknya kalangan ibu-ibu yang berusia lanjut.
Pembuatan diawali dengan menyiapkan tepung ketan. Lalu, diaduk dengan tape ketan. Adonan lalu dipanaskan di atas penggorengan besar. Tungkunya berbahan bakar kayu. Tujuannya, membuat api tetap stabil.
Adonan di atas wajan besar terus diaduk. Makin lama - lama mengeras. Semakin keras, pengadukan harus makin kuat. Proses mengaduk hanya dilakukan kaum pria. Proses mengaduk kue jenang minimal tujuh jam. Makin lama makin bagus. Sebab, rasanya akan makin legit.
Setelah kenyal, adonan jenang akan berubah kecoklatan. Pertanda sudah matang. Kemudian, diangkat, dimasukkam ke talam. Ketika sudah dingin, diiris tipis. Hidangan ini menjadi menu pokok setiap hajatan.
"Ini memang tradisi Jawa di Banyuwangi. Kalau tidak membuat kue jenang, rasanya kurang lengkap," kata Meseri, salah satu tokoh Jawa di Desa Sumbersewu, Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Minggu (16/1/2022).
Karena pengolahannya cukup lama, kue jenang bisa bertahan hingga 3 bulan. Jika mulai mengering, bisa dihangatkan lagi.
Sayangnya, kue jenang mulai kurang diminati kalangan muda. Bahkan, banyak yang tidak tahu proses pembuatannya. Kue jenang ini hanya bisa ditemui ketika ada warga yang menggelar hajatan. (Happy oktavia/rey)
Load more