“Sebagai respons, tentunya bank-bank sentral di negara utama seperti The Fed menaikkan suku bunga. Itu menyebabkan ekonomi dunia di 2023 tumbuh melambat 3,06%,” jelasnya.
Namun demikian, Indonesia perlu bersyukur karena di tengah tantangan tersebut ekonominya masih bisa tumbuh di atas 5% pada 2023, lantaran tidak banyak negara yang bisa tumbuh hingga 5%. Sedangkan inflasi Jatim juga berhasil mencapai 2,92% atau berada di range target 2023 yakni 3%+ – 1%.
Menurutnya, konsumsi domestik yang solid telah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan Jatim, ditambah lagi berlanjutnya investasi dan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN), serta ada sinergi kebijakan antara pemerintah, BI dan seluruh stakeholder.
“Motor penggerak Jatim adalah konsumsi yang solid, obyek PSN, dan peningkatan konsumsi LNPRT sejalan dengan persiapan pemilu yang mulai dirasakan putarannya di akhir 2023,” paparnya.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim, M Noor Nugroho menambahkan, faktor belanja pemerintah yang sejalan dengan persiapan pemilu dan pilkada serantak 2024 diyakini akan turut mendorong perbaikan kinerja ekonomi Jatim.
Hal tersebut sudah terlihat di kuartal I/2024 dari beberapa indikasi seperti penjualan eceran dan penjualan motor cenderung sedikit meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, dan konsumsi kredit rumah tangga meningkat yang semuanya berdampak padai sektor usaha.
“Dengan konsumsi naik, kondisi usaha otomatis membaik dan juga raw manufacturing meningkat. Inflasi masih perlu diwaspadai dan tidak tidak boleh lengah. Sebab, ada tren kenaikan harga pangan seperti daging ayam, telur ayam ras, dan daging sapi. Serta ada kenaikan harga dengan level tinggi yakni beras yang selama 5 tahun tidak pernah menjadi penyumbang inflasi saat Ramadan, tetapi kini menjadi pendorong inflasi,” tuturnya.
Load more