"Dengan pembelajaran seperti itu kita banyak sekali mendapat ilmu dan sangat manfaat," aku Jazira.
Ust Akhmad Kanzul Fikri, kiai yang membaca kitab dengan terjemahan ala pesantren menggunakan dua bahasa itu menjelaskan bahwa di AIS para santri digali betul kemampuannya dari berbagai aspek. Termasuk dalam hal mengaji kitab kuning. Selama ini kajian kitab kuning di pesantren kebanyakan hanya menerjemahkan dari bahasa arab ke Bahasa Jawa/Indonesia.
Namun di AIS tidak demikian, sekolah tersebut melakukan improvisasi dengan bahasa asing atau Bahasa Inggris. Karena, menurut Fikri, tantangan santri ke depan semakin banyak. Sehingga menuntut mereka untuk menguasai berbagai skill ketika lulus.
"Dengan begitu mereka bisa berkiprah di tengah masyarakat. Bukan hanya di tingkat lokal atau nasional, tapi juga internasional. Nah, dengan menguasai bahasa Inggris, mereka bisa menjelaskan konsep Islam rahmatan lil alamin kepada siapa saja dan dimana saja," kata Gus Fikri, panggilan akrabnya.
Dia menandaskan bahwa bukan hanya kitab kuning. Dalam kajian hadits dan tafsir di AIS Jombang, juga dikombinasikan dalam bahasa Inggris.
"Meski demikian, tetap tidak menghilangkan khazanah pesantren. Juga kita aplikasikan belajar nahwu dengan metode amtsilati. Sehingga anak tidak hanya memaknai secara klasik, tapi juga gramatikal," tambahnya. (usi/far)
Load more