Surabaya, tvOnenews.com - Baru-baru ini beredar sebuah video yang melihatkan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah KH Asep Saifuddin Chalim di Tanah Suci Mekkah sedang mendoakan Paslon nomor urut 2 Prabowo-Gibran.
Diketahui, ia melakukan ibadah umrah dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Dalam video teresebut tampak Kiai NU sedang melakukan tawaf atau melangkah mengelilingi Ka'bah sambil memanjatkan doa-doa khusus.
Dalam doanya terlontar nama Capres nomer urut 2 Prabowo Subianto dan Cawapres Gibran Rakabuming Raka. Doa Kiai Asep ini diamini oleh para jemaah yang membuntuti di belakangnya.
Sepulangnya di Indonesia, kiai dengan puluhan ribu santri membenarkan konten video tersebut yang beredar di media sosial.
Sedangkan Gubernur Khofifah sendiri seusai umroh juga telah mengumumkan siap menjadi juru kampanye nasional (Jurkamnas) TKN Prabowo-Gibran saat landing di Bandara Juanda.
"Oh, itu ketika umrah kemarin," ungkap Kiai Asep terkait rekaman video yang viral.
Menurutnya, doa tersebut ditujukan untuk kemenangan Prabowo dalam satu putaran.
"Bentuk totalitas (dukungan) atau tidak kan di sana harus berdoa untuk apa saja, tentu berdoa untuk bangsa dan negara antara lain, doa untuk bangsa dan negara itu ya begitu," ungkapnya.
Kiai Asep mengaku merasa kasihan pada nasib bangsa Indonesia Jika Pilpres tidak berjalan satu putaran, karena biaya yang dikeluarkan cukup besar.
"Kasihan kepada bangsa Indonesia, kalau menang itu kan pasti ada pemenangnya apakah satu putaran atau dua putaran. Nanti akan ada pemenang, lebih baik di satu putaran saja. Kenapa? Kasihan kepada bangsa," ungkapnya.
Menurutnya kemenangan satu putaran dapat menghemat anggaran Pemilu hingga Rp18-20 triliun dan mengantisipasi timbulnya konflik karena klaim kemenangan antar kandidat Capres-Cawapres.
Kiai Asep memprediksi kemenangan dalam satu putaran, masing-masing paslon berkisar antara 22-24-25 persen. Maka tidak mungkin dengan 22 persen mengklaim kemenangan. Tidak mungkin pula 26 persen mengklaim kemenangan.
“Namun jika dua putaran potensial bisa di atas 45 persen. Angka kemenangan 45 persen ini bisa memunculkan klaim dari pihak-pihak tertentu,” jelasnya.
“Jika 45 persen orang rasional saat mengklaim sebetulnya saya yang menang, tetapi saya dikalahkan saya dicurangi. Orang masih menganggap rasional karena persentasenya 45 persen misalnya. Tapi kalau 22 persen kan nggak mungkin."
"Kemungkinan terjadinya demikian ini, jika dua putaran klaim kemenangan yang rasional dipandang orang karena persentasenya sudah di atas 45 misalnya, ini yang memicu terjadinya konflik. Saya kasihan kalau bangsa ini terjadi konflik dan terpecah belah," tutupnya. (msi/ree)
Load more