“Karbon dioksida superkritis juga bisa digunakan untuk proses mikronisasi bahan baku obat sehingga kemampuan penghantaran obat dalam tubuh dapat meningkat,” tambah perempuan berhijab ini.
Selain amigdalin, dosen yang terlahir di Gresik ini menuturkan, bahwa penggunaan CO2 superkritis ini dapat digunakan untuk bahan baku obat-obatan lainnya. Beberapa diantaranya ialah beta sitosterol, licopen, lutein, beta karoten, astaxanthin, dan senyawa terpenoid. Sedangkan air subkritis dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan bahan baku obat dari tanaman herbal seperti daun kelor dan kumis kucing yang dapat mengontrol tekanan darah dan mengobati peradangan.
Tak hanya untuk bahan baku obat, alumnus program doktoral Kumamoto University Jepang ini, menggagas penggunaan teknologi CO2 superkritis untuk produksi minyak atsiri. Minyak yang biasanya digunakan untuk aromaterapi tersebut dapat dihasilkan dari mengesktrak tanaman yang memiliki kandungan minyak atsiri.
“Dengan CO2 superkritis, kandungan minyak atsiri pada tanaman tidak mengalami perubahan bau, warna, maupun sifat fisik lainnya,” jelas Mach lebih lanjut.
Untuk mengembangkan inovasinya tersebut, perempuan berusia 50 tahun ini akan terus melakukan kerja sama dengan industri farmasi guna mempercepat hilirisasi produk. Direktur Pendidikan ITS ini pun menyebutkan, bahwa pemanfaatan inovasi tersebut dapat dikembangkan lagi tidak hanya pada sektor farmasi, melainkan juga dapat meluas hingga industri makanan dan industri kosmetik. (msi/far)
Load more