"Dan ini memberi kesan pada khalayak bahwa bangsa Amerika sedang dalam keadaan baik-baik saja," tegasnya.
Di Amerika, lanjut Jokhanan, terkadang, anggota Kongres dari partai yang berbeda bekerja sama dalam isu-isu tertentu. Contohnya adalah RUU reformasi imigrasi yang melibatkan anggota Kongres dari kedua partai, Partai Demokrat dan Partai Republik.
Persepsi Masyarakat Bergantung Konteks Politik
Jokhanan kemudian mengingatkan, persepsi masyarakat terhadap pertemuan ini akan sangat tergantung pada konteks politik, perilaku pemimpin yang terlibat, dan hasil dari pertemuan tersebut.
"Dalam banyak kasus, pertemuan seperti ini dapat membantu meredakan ketegangan politik dan membangun persepsi bahwa ada dialog bahkan kerja sama di antara berbagai pihak, tetapi hasilnya akan bergantung pada bagaimana pertemuan tersebut dijalankan dan apakah janji-janji atau kesepakatan konkret diikuti dengan tindakan yang konsisten," jelasnya.
Dalam konteks pertemuan Jokowi dan tiga kandidat, bisa jadi ada opini yang dibangun bahwa mereka tidak sedang bersitegang. Presiden Jokowi misalnya, sempat dituduh sebagai pihak yang mengamini tradisi poltik dinasti gara-gara gagasan jabatan presiden tiga periode ditolak.
"Saya sangat berharap, meski ini bukan keharusan, Presiden bisa menjelaskan situasinya. Tentang Kaesang Pangarep yang kini jadi Ketua Umum PSI, dan Gibran Rakabuming Raka yang kini jadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo, bahkan tudingan politik dinasti itu sendiri," jelas Jokhanan.
Dalam komunikasi politik, dengan Presiden Jokowi mengatakan bahwa sebagai orang tua ia hanya mendoakan dan merestui langkah Gibran menjadi cawapres, ini bisa dimaknai sebagai menyetujui bahkan mendorong.
"Komunikasi politik kadang dimaknai apa yang terucap, dan ini tidak mengenal logika awam apalagi yang tersirat. Misal ada tokoh agama mendoakan salah satu capres gara-gara disambangi, maka besok akan muncul pendapat, oh kyai ini mendoakan si A jadi presiden," terang Jokhanan lagi.
Load more