“Terungkap bahwa sekitar 300 migran dari berbagai negara, seperti Lebanon, Pakistan, Afghanistan, dan lainnya, berada di daerah Puspa Agro dengan status yang tidak jelas. Mereka hidup di asrama di sana dan tidak memiliki identitas resmi, sehingga tidak bisa bekerja secara formal. Namun, mereka masih mendapatkan bantuan dana dari PBB untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka,” ungkapnya.
Handayani menambahkan, FK Unusa terlibat dalam memberikan pelatihan keterampilan kesehatan kepada para migran ini. Tujuannya adalah untuk membekali mereka dengan pengetahuan tentang bagaimana menjaga kesehatan mereka sendiri dan teman-teman mereka di lingkungan yang sulit, di mana stres sering kali dihadapi. Mereka mungkin tinggal dalam kondisi lingkungan yang tidak pasti dan tanpa jaminan masa depan yang jelas.
“Beberapa migran telah berada dalam kondisi ini selama bertahun-tahun, banyak dari mereka yang masih berusia muda mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan. Namun, ada batasan dan pembatasan yang diberlakukan oleh PBB terkait pekerjaan formal untuk migran ini,” ungkapnya.
Narasumber yang hadir, Prof. Dr. Kim Soo Il (FMR Ammbassador of Korea/Chair Professor of daeshin University), Dr. Nedal Odeh (Senior Migration Health Officer IOM Indonesia). Dalam acara di lantai dasar Tower Unusa, FK Unusa juga mencoba memberikan hiburan dan keceriaan kepada para migran, yang umumnya berada dalam situasi yang sulit. Berbagai penampilan budaya dan makanan tradisional disajikan untuk memberikan mereka momen kesenangan meskipun dalam kondisi yang menantang. Sebelumnya ditandatangani pula MoU antara Unusa dan IOM Indonesia. (msi/far)
Load more