Surabaya, tvOnenews.com - Seorang remaja putri penyandang disabilitas di Surabaya berjualan peyek sambil merangkak di kawasan Kendangsari, Surabaya. Kegiatan remaja 17 tahun ini sempat direkam seseorang dan viral di media sosial. Ternyata, ayah dari remaja ini juga mengalami sakit kanker mulut, yang sehari-harinya terbaring di tempat tidur kos nya.
Rekaman video penyandang disabilitas Cyntya Afrianti Amala, remaja asal Kendangsari Gang 7 Sekolahan, Surabaya itu viral di media sosial. Dalam video ini, remaja putri berjilbab tersebut berjualan peyek sambil merangkak.
Dia berjalan merangkak di tepi jalan, sedangkan jualan peyeknya dikalungkan. Video yang viral di medsos ini sebenarnya diambil bulan Maret 2023 lalu di kawasan Rsud dr Soetomo Surabaya.
Saat dikunjungi di rumahnya jalan Kendangsari Gang 7 Sekolahan Surabaya, Cyntya sedang tidak ada di rumah karena menjalani teraphy kaki di RSUD dr Soetomo Surabaya, dan pulang sore hari. Di tempat kos nya ini hanya ada adik dan ayah Cyntya.
“Mbak Cyntia sedang keluar ke rumah sakit dokter Sutomo untuk terapi. Berangkat tadi pagi, mungkin pulangnya nanti sore,” ujar Ayunda, adik dari Cyntya di depan pintu tempat kos nya.
Kemudian Ayunda mencoba menelepon kakanya itu mengabarkan kalau ada tamu di rumahnya. Suara kakaknya ditelepon mengatakan memang sedang terapi di rumah sakit milik Pemprov Jawa Timur tersebut.
“Sampaikan ya ke tamunya kalau kakak masih di rumah sakit. Nanti aja kembali lagi, sepulang saya dari rumah sakit, ini saya masih terapi,” ujar Cyntya lewat HP adiknya.
Ternyata, tak hanya Cyntia yang sakit, namun ayahnya juga mengalami sakit kanker mulut sejak 2019. Sehari-harinya sang ayah hanya bisa terbaring di tempat tidur. Dari luar pintu tampak ayahnya tidur di kasur. Tubuh sang Ayah kurus, kaki dan tangannya hanya tampak seperti tulang dibalut kulit.
Ayah Cyntya Afrianti Amala menderita kanker mulut
“Ayah sakit sejak 2019 kanker mulut. Saat dibawa ke rumah sakit katanya harus dioperasi, tapi ayah tidak mau. Sampai sekarang seperti tambah parah seperti ini,” ujar Ayunda kalem, seperti menahan derita.
”Kalau ibu saya sedang kerja. Saya harus menunggu ayah karena kakak Cyntya sedang terapy. Jadi saya hari ini terpaksa tidak sekolah,” imbuhnya dengan nada pilu.
Menurut Ayunda, sang kakak Cyntya tidak bisa berjalan sejak lahir, 17 tahun lalu. Meski begitu, sang kakak tetap berupaya mandiri dan membantu orang tuanya mencari uang dengan berjualan peyek.
“Biasanya dia jualan peyek di lampu merah Kendangsari, dan kadang-kakdang di halaman rumah sakit di jalan Nginden Timur,” ungkap Ayunda.
“Tapi kayaknya kakak tidak jualan lagi untuk sementara ini karena focus pada terapi di kakinya. Dia ingin bisa berjalan sebagaima orang lain,” kata Ayunda, yang masih duduk di bangku kelas 5 SD ini.
Ayunda dan sang bunda berharap, Cyntia dan sang Ayah bisa sembuh dan kembali pulih dari sakitnya. Sehingga bisa beraktifitas normal.
“Saya ingin kakak Cyntya bisa sembuh, begitu juga dengan ayah. Kakak Cyntya ingin sekolah sebagaiman teman-temannya. Kakak dan ayah ingin sembuh dan bisa beraktifitas normal,” harap Ayunda, dengan nada lirih. Sesaat kemudian dia menangis, terisak. Lalu menghapus air matanya yang menetes di pipinya.
Cyntya adalah anak pertama dari pasangan Andi Siswoto dan Sumiyati, asal Mojokerto, namun sudah 12 tahun tinggal indekos di kawasan kendangsari Surabaya. Cyntya lahir prematur di usia 6 bulan di kandungan. (msi/gol)
Load more