Melihat Kampung Masa Kecil Panji Gumilang, Dikenal sebagai Guru Ngaji dan Imam Masjid

Gresik, tvOnenews.com - Nama pemimpin Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, yakni Syech Panji Gumilang yang sosoknya penuh kontroversi hingga kini masih terus menjadi perbincangan dan perdebatan masyarakat terkait ajaran-ajarannya. Namun perlu diketahui jika Panji Gumilang sejak kecil sudah berada di lingkungan pesantren, tepatnya di Dusun Siraman, Desa Sembung Anyar, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Rabu(5/7).

Kepribadian yang baik dan sosok guru ngaji Panji Gumilang diungkapkan oleh salah satu tetangga di kampung kelahiran Panji. Munawwir (66) tetangganya, mengatakan jika Panji Gumilang memang sejak kecil bersekolah di desa setempat. Di masa sekolah dasar, dia mengenyam pendidikan di sekolah rakyat Dukun, yang sekarang menjadi SDN Kalirejo. Lalu, melanjutkan pendidikannya di Pondok Maskumambang dan Ihyaul Ulum.

“Kalau pagi sekolah formal di Maskumambang, siangnya Diniyah di Ihyaul Ulum,” kata Munawwir saat ditemui awak media.

Masih menurut Munawwir, Panji Gumilang melanjutkan pendidikan sekolah menengah atas di Pondok Gontor dan selanjutnya kuliah di Jakarta. Diceritakan Munawwir, dari penuturan Panji saat pulang ke rumah kelahirannya, Panji tidak pernah izin orang tua untuk pergi ke Jakarta. Namun, setelah berada disana Panji menjadi seorang pendidik yang sukses hingga membangun pondok Al-Zaitun.

"Panji punya empat saudara, Panji anak kedua. Pertama Muhlisa, ketiga Yusuf Datok Agung Sidayu, ada di Jakarta menjadi kontraktor. Keempat, Abdul Wahib Rosyidi mantan kades dua periode,” tambahnya.

Adapun nama Panji Gumilang sendiri, bukanlah namanya sejak lahir, melainkan nama tersebut disematkan setelah Panji mempersunting perempuan idaman asal Banten, Jawa Barat. 

"Nama aslinya Abdus Salam. Nama Panji Gumilang dari Kiai Banten setelah nikah dengan orang Banten. Sama seperti adiknya saudara ketiga Yusuf Datok Agung Sidayu. Nama Datok Agung Sidayu juga berasal dari Thailand,” jelasnya. 

Nah sejak mondok di Gontor, Panji sering menjadi Imam Masjid saat pulang dari pondok.  Bahkan menjadi khotib saat jumatan, serta mengajar ngaji Al-Quran di Dusun ini. 

“Saya termasuk muridnya. Sistem mengajarnya sangat menyenangkan. Tidak pernah menampakkan organisasi. Menerangkan agama tidak pernah menampakkan kelompok. Netral orangnya,” paparnya.