Setelah mendapat musibah matanya cacat, Mbah Soleh yang sebelumnya bekerja sebagai petani tidak bisa bekerja lagi. Istrinya pun, Mbah Putinah mau tidak mau saat itu harus menjadi tulang punggung untuk mencari nafkah demi menghidupi keluarga.
"Saya bekerja serabutan seadanya mulai dari bertani hingga buruh pabrik tebu. Pokok ada pekerjaan halal saya mau yang penting dapat uang untuk biaya kebutuhan," tuturnya mengenang masa-masa sulit.
Setelah sekian lama tidak bekerja, Mbah Soleh mendapat kesempatan belajar memijat. Berbekal ilmu memijat, Mbah Soleh sering mendapat panggilan untuk memijat.
"Kalau pijat capek biasa, saya tidak melayani. Saya memijat pasien yang sakit seperti panas, batuk-batuk dan sejenisnya.
Di usianya yang sudah uzur ini pun, Mbah Soleh masih mampu memijat pasien-pasiennya. Karena banyak orang yang minta tolong untuk memijat, Mbah Soleh bisa membiayai anak-anaknya kuliah bahkan membeli tanah. Sempat tertunda dua tahun karena pandemi Covid-19, Mbah Soleh bersama istri tercintanya berangkat tahun ini.
"November 2022 tahun lalu, saya dan istri berkesempatan berangkat umroh atas bantuan anak-anak. Tak disangka tak dinyana Mei 2023 saya berangkat lagi ke tanah suci untuk berhaji. Jadi dalam waktu 6 bulan ini saya ke tanah suci dua kali," tuturnya penuh suka cita. (msi/hen)
Load more