Kisah Penjual Tahu Keliling Asal Lumajang Akhirnya Bisa Naik Haji setelah Puluhan Tahun Menabung
- wawan sugiarto
Lumajang, tvOnenews.com – Sepasang suami istri perajin dan penjual tahu keliling asal Dusun Karang Sukup, Desa Kunir Kidul, Kecamatan Kunir, Lumajang, tak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur karena penantiannya selama 12 tahun untuk bisa menunaikan rukun Islam ke-6, yakni naik haji ke tanah suci, akhirnya terwujud.
Pasangan Kasan (55) dan Susiana (53) kini tinggal menunggu hari keberangkatannya menuju tanah suci Mekah dalam dua minggu ke depan.
Ditemui di rumahnya yang sangat sederhana, Kasan menceritakan perjuangan panjangnya hingga akhirnya bisa melunasi seluruh biaya naik haji bersama istri tercintanya, dari hasil menabung selama puluhan tahun bekerja sebagai penjual tahu keliling.
“Saya berjualan tahu keliling ini sejak usia 15 tahun, setelah lulus SD tahun 1983. Waktu itu meneruskan usaha bapak saya yang meninggal. Dulu ambil tahu dari tetangga dan saya jual keliling kampung dengan sepeda pancal,” kata Kasan mengawali kisahnya kepada tvOnennews.com, Selasa (23/3).
Seiring dengan berjalannya waktu, Kasan yang berusia remaja, akhirnya mengembangkan usahanya dengan memproduksi tahu sendiri di rumahnya.
“Sekitar usia 19 tahun, saya memutuskan untuk memproduksi sendiri tahu di rumah. Waktu itu masih menggunakan alat giling tradisional yakni batu. Dari situ, setiap hari saya bisa menyisihkan keuntungan dengan cara ditabung menggunakan gerabah yang saya tanam di lantai kamar,” sambungnya.
Beberapa tahun kemudian, setelah merasa sudah mapan dan usahanya semakin berkembang. Akhirnya Kasan memutuskan untuk berumah tangga dengan meminang gadis pilihannya dan kini telah dikaruniai dua anak dan dua cucu.
Secara perlahan, Kasan dan istrinya terus mengembangkan kembali usahanaya yang dulunya menggunakan alat tradisional, digantikan dengan mesin untuk menggilinng kedelai. Dari sepeda pancal, digantikan dengan motor untuk berjualan keliling.
“Setelah berumah tangga, usaha saya semakin berkembang dan muncul keinginan untuk naik haji. Istri saya juga sangat mendukung dan kami berdua semakin rajin menabung sejak awal berumah tangga,” jelasnya.
Dari hasil tabungan mulai era uang logam hingga uang kertas yang sudah terkumpul selama ini, akhirnya Kasan membeli dua ekor sapi hingga akhirnya pada tahun 2011 dijual kembali untuk mendaftar haji.
Load more