Dibongkar, Bangunan Bersejarah 'Kepatihan Mangkunegaran' Rata dengan Tanah

Solo, Jawa Tengah - Pendapa Kepatihan Mangkunegaran, di Solo, Jawa Tengah, raib rata dengan tanah. Bangunan bersejarah peninggalan Pura Mangkunegaran tersebut telah dibongkar, yang kabarnya lokasi akan  dijadikan sebuah penginapan oleh pemiliknya.

Pendapa Kepatihan sendiri, dulu merupakan pusat administrasi Praja Mangkunegara, yang lokasinya berada di sebelah barat Pura Mangkunegaran, Jalan Ronggowarsito, Solo. Selain itu juga merupakan tempat kerja Patih atau perdana menteri, istilah sekarang.

Sebelum diketahui telah dibongkar, Kamis lalu, kawasan tersebut terlebih dulu ditutup pagar seng di awal 2022 lalu. 

Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka, saat dikonfirmasi, mengaku juga baru melihat dari foto terkait dibongkarnya Pendapa Kepatihan tersebut. Sehingga, putra bungsu presiden Jokowi ini belum memberikan respon dan meminta awak media menunggu PUPR yang sedang mengecek lokasi.

"Ini PUPR sedang di sana, tunggu mereka lapor. Kita lihat nanti, nunggu laporan PUPR, saya baru lihat dari foto, jadi belum ada respon," jawab Gibran saat dicecar awak media di kantor dinas Balaikota Solo, Kamis (12/1/2023).

Sementara Gusti Bhre Adipati Mangkunegoro X, mengaku baru mengetahui dibongkarnya Pendapa Kepatihan dari berita, sehingga belum bisa berbicara terlalu banyak.

"Nanti itu, rencana akan kami pantau lagi mas. Akan kami pantau duduk bersama dengan Mas Wali, dengan pemerintah kota bagaimana kondisinya saat ini, dan mungkin kondisinya kira-kira seperti apa? Saat ini akan kita pantau. Karena pengelolaannya dari pihak lain, jadi kita pantau," terang Gusti Bhre, kepada awak media di Balai Kota Solo.

Hingga saat ini, belum diketahui informasi siapa pemilik tanah yang di dalamnya terdapat Pendapa Kepatihan tersebut. 

Dibongkarnya Pendapa Kepatihan, yang berstatus Benda Cagar Budaya, cukup mengagetkan semua pihak. Bangunan bersejarah ini didirikan pada masa pemerintah KGPAA Mangkunagoro III yang memerintah pada 1835-1852.

Dalam perkembangannya, bangunan Kepatihan menjadi lokasi berdirinya radio amatir milik pribumi pertama di Indonesia yang didirikan oleh Mangkunegara VII pada tahun 1 April 1933. Setahun kemudian, radio tersebut menjadi Soloche Radio Vereeniging (SRV) yang menjadi cikal bakal Radio Republik Indonesia (RRI).