Purworejo, tvOnenews.com - Mantan Sekdes Banyuasin Kembaran, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Andika Sari atau yang dikenal dengan Sekdes AS, mengadukan wartawan sebuah media online lokal.
Diduga, aduan itu terkait dengan pemberitaan mengenai video Andika Sari, sehingga dianggap pencemaran nama baik.
Video Ndika panggilan perempuan yang viral karena menenggak minuman keras sambil dugem di sebuah diskotik hingga ia diberhentikan menjadi Sekdes.
Saat Ndika mendatangi Mapolres Purworejo Jumat (02/13/2022) malam, selain didampingi Penasihat Hukum dari Kantor Pengacara Agus Triatmoko, nampak pula Kepala Bapeda Kabupaten Purworejo, SWH.
Menurut saksi mata yang enggan disebutkan identitasnya, mereka (AS dan SWH) hadir menggunakan mobil yang sama bernomor polisi B 1988 NKO.
Akan tetapi ketika kepergok wartawan,dan saat ditanya ingin bertemu dengan salah satu penyidik, akan tetapi seusai ditanyai wartawan, buru-buru SWH 'menghilang' dan hanya Andika Sari serta kuasa hukumnya yang masuk ke ruangan Sat Reskrim Polres Purworejo.
"Memang benar adanya aduan yang diadukan oleh Saudari tersebut (Andika Sari) yang pertama, terkait dengan dugaan pemalsuan data yang kedua terkait adanya dugaan pencemaran nama baik oleh salah satu media online. Namun aduan tersebut masih kami dalami, masih kami lakukan penyelidikan," jelas Kasat Reskrim, AKP Eka Ryan Cahya kepada wartawan, Jumat (02/12/2022) malam.
Sementara itu, Kepala Bapeda, SWH yang dikonfirmasi melalui pesan WA menyangkal kedatangannya bersamaan dengan Andika Sari.
"Saya cuma main saja (ke Polres). Tidak ada hubungan dengan Andika Sari," dalihnya.
Senada dengan SWH, Ndika juga mengelak jika ia datang dengan mantan Kepala Dinas Pendidikan tersebut.
"Tidak tahu tentang Pak S, Beliau ada keperluan lain," jelasnya.
Mengenai pengaduannya, Sekdes yang baru saja diberhentikan tersebut tidak mau menjelaskan dengan gamblang.
"Alasan saya pribadi dan masalah pribadi," pungkasnya.
Ulah Bu Sekdes Andika Sari Bikin Kondisi Desa Banyuasin Memanas
Kondisi Desa Banyuasin Kembaran, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah semakin panas pascademo warga di kantor bupati, Senin (7/11/2022) lalu, gara-gara Sekdes Andika Sari (AS).
Kedatangan warga untuk meminta Bupati Agus Bastian segera menurunkan rekomendasi hasil pemeriksaan Inspektorat terhadap permasalahan tersebut.
Perang opini di media pun membuat suasana desa makin panas. Apalagi ketika salah satu tukang yang biasa bekerja di rumah Sekdes AS berbicara dan dimuat media bahwa demo warga hanya untuk menutupi kasus korupsi di desa itu.
Merasa pemberitaan makin melebar dan tidak sesuai dengan apa yang terjadi, Kades Banyuasin Kembaran Ahmad Abdul Azis didampingi tokoh agama Kiai Marzuki melakukan klarifikasi dengan awak media, Minggu (13/11/2022).
"Saya akan menceritakan kronologi mengapa warga meminta Sekdes AS mundur. Awalnya pada tahun 2020, bulan 11 (November) saya sudah mendapatkan foto Sekdes AS tanpa busana tertutup (hanya memakai bikini) di Raja Ampat. Saya telepon klarifikasi.
Dia mengaku itu fotonya. Saat itu saya sampaikan tanpa pakaian sopan, dia adalah Sekdes. Foto-foto apapun itu (tidak sopan) tidak usah di-upload di mana pun. Desa Banyuasin Kembaran ini warganya religius," kata Kiai Marzuki yang sempat dituduh sebagai provokator demo warga ini.
Kasus foto yang lagi-lagi diunggah AS di media sosialnya itu pun tak sampai viral, namun kemudian ada video Sekdes AS diduga menenggak minuman keras di sebuah diskotik.
"Kemarin ada tiga video (beredar) akhirnya saya telepon langsung. Lalu AS ke tempat saya bersama pak lurah. Saya ajak tabayyun. Dia mengakui video itu di Jogja," jelas Kiai Marzuki.
Lebih lanjuti, tokoh agama Desa Banyuasin Kembaran itu menceritakan dalam pertemuan itu Sekdes AS sempat membawa-bawa nama Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti.
Seperti diceritakan oleh AS kepada Kiai Marzuki, saat itu ia (Sekdes AS) akan mengadakan perayaan ulang tahun dengan Wabup di pendopo rumah dinas wabup di Kutoarjo karena tanggal ulang tahunnya sama.
"Katanya masakan sudah disiapkan. Lalu ada wartawan datang untuk konfirmasi mengenai rencana pengajian Ustaz Abdul Somad hidangan habis untuk wartawan. Kemudian pindah ke Jogja. Waktu itu saya tanya apakah Bu Yuli (Wabup) ikut, dia bilang iya (ikut ke Jogja). Tapi saat diklarifikasi Pak Kades katanya (Wabup) tidak ikut. Berbeda pernyataan," jelasnya.
Dengan kejadian yang dianggap memalukan warga tersebut, kemudian Sekdes AS diminta mundur tetapi tidak mau.
Sehingga, terjadilah gejolak hingga demo ratusan warga menolak Sekdes AS menjadi perangkat desa mereka.
Kades Ahmad Abdul Azis juga memberikan klarifikasi bahwa keinginan warga ke kantor bupati adalah inisiatif sendiri. Tokoh agama bukan provokator, tapi hanya sebagai koordinator warga.
"Lalu ada pemberitaan bahwa demo warga ada indikasi menutupi korupsi desa itu salah. Sudah sangat melenceng dari permasalahan. Sebagai Sekdes, AS adalah verifikator keuangan desa. Uang masuk dan ke luar dia tahu. Kami mengajukan untuk audit. Saya berusaha proporsional dalam menggunakan keuangan desa, bisa dipertanggungjawabkan.
Bu Carik (Sekdes) AS tidak masuk tiga bulan, jadi belum mencairkan DD. Sekdes juga tahu. Pernyataan saya ini meluruskan apa yang disampaikan Mas Darmanto di media. Demo itu murni menuntut Sekdes AS diberhentikan karena diduga melanggar etika," jelas Abdul Azis.
Kiai Marzuki, Kades Abdul Azis serta warga Desa Banyuasin Kembaran sepakat mendesak agar Bupati Agus Bastian segera membuat surat rekomendasi agar permasalahan segera selesai. Sehingga, pembangunan di desa tersebut bisa segera dilanjutkan. (esa/nsi/muu)
Load more