Blora, Jawa Tengah - Untuk memastikan penyebab meninggalnya bocah berusia 8 tahun di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Polres Blora dibantu Tim DVI Labfor Polda Jateng membongkar makam GVR, Selasa (01/11/2022).
Pembongkaran makam dipimpin langsung oleh Kasatreskrim Polres Blora AKP Supriyono, di komplek pemakaman Polaman, Desa Sendang harjo, Kecamatan Blora.
Tampak dilokasi puluhan personil diterjunkan untuk menjaga jalannya proses pembongkaran tersebut. Dilokasi juga hadir ibu dari korban sendiri bersama kerabat dan saudaranya.
Kasatreskrim Polres Blora AKP Supriyono, menjelaskan pembongkaran makam ini merupakan tuntutan dari jaksa dan jenazah juga akan dilakukan otopsi.
"Pembongkaran makam ini merupakan tuntutan dari jaksa, dan ini akan kita lakukan otopsi jenazah untuk menyinkronkan luka yang ada pada korban dengan apa yang sudah disampaikan tersangka,sehingga bisa digunakan untuk menuntut tersangka pengadilan nantinya."ungkap AKP Supriyanto saat dilokasi pembongkaran makam.
Pantauan dilapangkan, pembongkaran makam terbilang agak susah dan lama karena kondisi makam yang sudah di cor oleh pihak keluarga. Selam kurang lebih 3,5 jam dilakukan penggalian mulai pukul. 14.00 hingga 16.30 wib. jenazah juga belum terangkat.
Diberitakan sebelumnya bocah perempuan berinisial GVR (8) yang duduk di bangku sekolah dasar, meninggal dunia dengan tidak wajar setelah dilaporkan jatuh dari kursi rumahnya, pada Sabtu 10 September 2022 lalu. Pada saat meninggal dunia, ditemukan sejumlah luka di beberapa bagian tubuhnya.
Salah seorang saksi yang memandikan jenazah tersebut, juga dibuat heran dengan banyaknya sejumlah luka tersebut. Seperti di bagian mulut, pelipis kepala, kepala belakang, luka warna hitam di kedua leher hingga luka bekas cubitan di perut korban.
Bahkan, saksi tersebut sempat ditolak oleh ayah tiri korban saat akan memandikan jenazah. Padahal saat itu dia bersama petugas lain datang ke rumah duka atas permintaan keluarga.
“Saat saya datang mau mandikan itu ayah korban bilang, jangan diambil foto anak saya, biar saya saja yang memandikan. Itu pihak keluarga mau lihat kondisi korban juga tidak boleh. Kan waktu itu sudah ditutupi kain. Saya batin bapak ini kok galak sekali,” kata saksi yang memandikan jenazah korban saat ditemui wartawan di rumahnya.
Saat itu, dirinya mengaku sempat terjadi cekcok antara petugas pemulasaran jenazah dengan ayah korban.
“Lalu Pak Ndut, mandor saya bilang, Kamu sudah manggil Budi Dharma untuk memandikan. Kalau memang tidak boleh dimandikan Budi Dharma bapak juga harus tanggung jawab memakamkan sendiri. saya tak pulang, saya bebas. Terus bapaknya diam. Saya keluar sebentar. Kelihatannya sudah luluh terus saya masuk lagi bilang gimana boleh saya memandikan. Bapaknya bilang silahkan,” katanya menceritakan.
Pada saat memandikan jenazah, saksi sempat dibuat heran dengan kondisi korban. Sebab banyak luka di tubuh korban.
“Saya buka semua saya lihat ada darah di mulut dan hidung korban. Ada benjolan juga di pelipis. Saya batin jatuh dari kursi kok bisa langsung mati. Itu yang bilang jatuh dari kursi bapaknya. Terus saya raba lagi, ini yang saya lihat ya mas. Ada seperti luka di perut dan leher di kiri kanan,” ucapnya.
Selama proses memandikan jenazah, Sumadi sempat mau menangis. Ia mengaku tidak tega melihat kondisi jenazah gadis malang itu.
“Saya puluhan tahun memandikan jenazah. Baru kali ini menangis mas. Kasihan melihatnya. Saya batin anak ini kenapa kok sampai begini” ungkapnya. (Agw/Buz)
Load more