Semarang, Jawa Tengah - Sugiono alias Babi warga Sayung, Kabupaten Demak mengaku sudah lama mengenal bahkan menjadi teman dekat Kopral Dua (Kopda) Muslimin. Pria berusia 34 tahun inilah yang pertama kali diminta Kopda Muslimin untuk merencanakan pembunuhan terhadap istrinya yang bernama Rina Wulandari.
Babi mengatakan, awalnya ia menolak untuk membunuh istri Kopda Muslimin meskipun diminta langsung oleh sang suami dari korban sendiri. Lalu tiba-tiba ia malah menjadi eksekutor karena mengetahui ada rencana penembakan terhadap istri Kopda Muslimin.
“Pertama saya disuruh membunuh (istri Kopda Muslimin) tapi saya tidak mau. Saya ngomong sama Gondrong (tersangka lain) jika saya tidak ikut campur masalah ini. Tapi tiba-tiba saya tahu ada rencana penembakan terus disuruh ikut,” jelasnya.
“Tidak ada yang menyuruh (menembak). Kan yang memesan senjata api itu Gondrong, awalnya dia yang mau nembak tapi malah saya,” tambahnya.
Meskipun dirinya pernah menjalani proses hukum dan dipenjara, akan tetapi ini adalah kali pertamanya ia melakukan rencana pembunuhan.
”Saya belum pernah sama sekali menembak, baru pertama kali ini nembak dan pegang senjata. Karena bertemu dengan yang punya senjata di rumah saya sama si Agus, saya diajarin. Sudah ada pelurunya tinggal pakai,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan rencana pembunuhan istri Kopda Muslimin. Awalnya dirinya bersama tiga tersangka lainnya masing-masing bernama, Agus Santoso (AS) alias Gondrong, Ponco Aji alias Ponco dan Supriyono alias Sirun diminta Kopda Muslimin untuk membunuh istrinya ketika hendak menjemput anaknya.
Akan tetapi, karena Rina keluar dari rumah lebih cepat lantaran anaknya yang sekolah tiba-tiba sakit, komplotan pembunuhan ini kehilangan jejak. Lalu, pada saat istri Kopda Muslimin sudah kembali ke rumah, mereka lalu melakukan penembakan pertamanya.
“Awalnya diperintah untuk nembak pas belum sama anaknya. Tapi karena kita kehilangan jejak akhirnya ditembak pas sama anaknya,” terangnya.
“Tapi waktu nembak diperintah pokoknya jangan sampai kena anaknya,” tambahnya.
Setelah melakukan tembakan kedua, para komplotan ini melarikan diri dengan berpencar. Akan tetapi, saat pelarian Babi dan Ponco mengalami kecelakaan ketika berada di daerah Sigar Bencah, Kecamatan Tembalang.
“Waktu pas pulang itu saya kecelakaan ketika turun di Sigar Bencah. Saya yang joki sepeda motornya karena gantian. Terus setelah kecelakaan saya ke bengkel deket rumah pacar saya di Simongan untuk ganti cat motornya,” jelasnya. (dcz/ebs)
Load more