"Hasilnya pun kurang bagus dan akibat penggunaan air comberan yang keruh dan hitam pekat, daun bawang merah juga banyak digerogoti ulat dan tanaman bawang merah rusak dan kami terancam gagal panen," ungkap Taryono.
Terpisah, Kepala Bidang (Kabid) Irigasi dan Air Baku Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (DPSDAPR) Kabupaten Brebes, Agus Riyanto mengungkapkan, saluran irigasi yang kering saat ini di musim kemarau, akibat kondisi debit air yang mengalir lewat Sungai Pemali mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Normalnya, debit air yang dialirkan melalui Bendungan Notog mencapai 22 ribu kubik air. Namun, saat ini turun hingga 10 ribu kubik saja, sehingga debit air Sungai Pemali dari Bendungan Notog menipis.
"Akibatnya bagi para petani di Brebes yang sistem pengairannya menggantungkan dari keberadaan air Sungai Pemali berkurang yang tidak sedikit menyebabkan saluran irigasi bisa teraliri air," ungkap Agus.
Untuk mengatasi persoalan yang saat ini dihadapi para petani, DPSDAPR Brebes, telah mengundang perkumpulan petani pemakai air (P3A) guna mencari solusi.
Salah satunya yang dihasilkan yakni debit air dari Bendungan Notog akan dialirkan ke saluran irigasi kanan dan kiri secara bergantian tiap dua hari sekali, sehingga diharapkan para petani yang berada di kawasan irigasi ini dapat secara adil mendapatkan pengairan.
"Kami juga memberikan penyuluham kepada para petani, supaya pada saat kemarau seperti sekarang ini, hendaknya para petani menanam tanaman palawija yang memerlukan air sedikit," ungkapnya. (tho/dan)
Load more