Rembang, tvOnenews.com - Sejumlah tokoh nasional, lintas agama dan budayawan mendadak mendatangi kediaman K. H. Mustofa Bisri atau Gus Mus di kompleks Ponpes Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, Minggu (12/11/2023) siang.
Sejumlah tokoh tersebut di antaranya adalah mantan Menteri Agama, Lukman Hakim Syaefudin, mantan Komisioner KPK periode 2003-2007, Erry Riyana Hardjapamekas, Staf Khusus Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Romo Beny Susetyo, sastrawan, Goenawan Mohamad, istri mendiang cendekiawan Nurcholish Madjid, Omi Komaria Madjid, Sulistyowati Irianto, Nong Mahmada, dan Alif Iman Nurlambang.
Para tokoh yang mengatasnamakan diri sebagai Majelis Permusyawaratan Rembang itu mengaku datang ke kediaman Gus Mus untuk berdiskusi mengenai demokrasi di Indonesia saat ini.
Salah satu tokoh nasional yang hadir di kediaman Gus Mus, Lukman Hakim Syaifudin menuturkan bahwa tujuannya dan rombongan ke Rembang adalah untuk menemui Gus Mus dan berbagi rasa atas kondisi bangsa saat ini.
“Selain silaturahim sowan, kami sebenarnya ingin mengonfirmasi apakah yang kami alami, kami rasakan terhadap berbagai sumber informasi itu juga dirasakan oleh beliau (Gus Mus). Setelah hampir semua kami menyampaian curhat, beliau langsung mengatakan bahwa beliau juga merasakan hal yang sama,” ujarnya.
Menurut mantan Menteri Agama RI itu, politik di Indonesia saat ini sudah melenceng dari nilai-nilai luhur bangsa. Untuk itu, anak bangsa sangat perlu kembali diingatkan tentang politik yang bermoral dengan pedoman nilai-nilai luhur bangsa.
“Beliau menekankan, kita harus kembali kepada nilai. Beliau mengatakan, saat ini, kita sedang mengalami krisis nilai dan ini tidak hanya dialami oleh sebagian penyelenggara negara, tapi juga masyarakat secara keseluruhan,” ucapnya.
Senada dengan Lukman Hakim Syaifudin, Romo Beny Susetya juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, politik saat ini tidak mengedepankan kondisi moralitas dan etika.
Dalam pertemuan dengan Gus Mus kali ini, Benny menyampaikan harapan agar politik kembali ke dalam jalan kebudayaan.
“Seperti yang disampaikan Gus Mus, bagaimana mengembalikan politik dalam kebudayaan. Kalau politik dalam kebudayaan, maka politik harus segera dikembalikan pada kepatuhan dan etika, juga moralitas. Itu yang diharapkan oleh Gus Mus, bagaimana perjumpaan itu diperluas ke semua kalangan,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Majelis Permusyawaratan Rembang, Alif Iman Nurlambang mengatakan, jelang Pemilu 2024, demokrasi di Indonesia saat ini memprihatinkan.
Kekuasaan terpusat di eksekutif, Mahkamah Konstitusi penuh dengan intervensi dari eksekutif, hingga ancaman terhadap asas jujur dan adil dalam Pemilihan Umum 2024 yang dikhawatirkan tidak dapat berlangsung dengan baik.
“Kalau mengutip puisi Gus Mus kan Kita tengah menghadapi satu materi dengan rasa yang berbeda, termasuk materi Republik dengan rasa kerajaan,” kata Alif.
Pada diskusi di kediaman Gus Mus tentang kondisi demokrasi di Indonesia saat ini, lanjut Alif, para tokoh nasional menyampaikan dua poin kepada Gus Mus.
Pertama, mengenai putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi. Kedua, netralitas aparat dan peran penyelenggara pemilu seperti Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) dalam mewujudkan pemilu yang jujur dan adil.
Atas dua keprihatinan yang disampaikan, Alif mengatakan bahwa Gus Mus menganjurkan adanya urun rembug terus-menerus dari tokoh bangsa dengan dua hal yang menjadi catatan.
“Memberikan nasihat kepada kekuasaan, elit politik bahwa apa yang berlangsung melukai perasaan kita semua. Itulah yang perlu dilakukan budayawan, tokoh lintas agama, iman dan keyakinan pembela demokrasi pejuang HAM, ruang anti korupsi,” ujar Alif. (arm/ard)
Load more