Blora, tvOnenews.com - Musim kemarau tahun ini membuat sejumlah daerah kesulitan air bersih. Tak hanya untuk kebutuhan sehari - hari, ternyata musim kemarau ini juga berdampak kepada perajin batu bata.
Di Desa Tempurejo, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah para perajin batu bata ini mengaku tidak bisa produksi secara maksimal karena sulitnya mendapatkan air untuk mengolah tanah liat.
"Dimusim kemarau ini kalau untuk mengeringkan cepat, tapi kita terkendala sulitnya air, jadi produksinya gak bisa maksimal," ungkap Juremi saat ditemui di lokasi pembuatan batu bata di desa Tempurejo, Kamis (7/9/2023).
Juremi menjelaskan, akibat sulitnya mendapatkan air yang akan digunakan untuk mengolah tanahnya, mengakibatkan dirinya harus mengurangi hasil produksinya.
"karena ini ambil air nya agak sulit dan jauh, jadi produksi saya kurangi," Jelasnya.
Dirinya juga mengaku, bila dibandingkan dengan musim penghujan dirinya bisa memproduksi bata merah secara maksimal karena kondisi air yang gampang dan pengolahan tanah yang mudah karena terkena air hujan.
"kalau musim hujan produksi malah bisa maksimal, karena pengolahan tanahnya mudah karena terkena air hujan," jalasnya.
Tak hanya sulitnya mendapatkan air, dirinya mengatakan di musim kemarau ini harga batu batu juga mengalami penurunan, harga yang semula per batu bata merah bisa Rp. 400 rupiah kini turun menjadi Rp.350 rupiah.
"Pemasarannya kalau musim hujan pengeringannya itu agak lama jadi harga naik dikit,"katanya.
Akibat sulitnya mendapatkan air dan turunnya produksi dan harga batu bata membuat omset penjualannya menurun hingga satu persen. (agw/buz)
Load more