Kisah Pejuang Terakhir Pertempuran Lima Hari di Semarang yang Tutup Usia
- Tim tvOne - Didiet Cordiaz
Semarang, tvOnenews.com - Pejuang terakhir Pertempuran Lima Hari di Semarang, Hoeri Prasetiyo meninggal di usianya yang ke 96 tahun.
Pria asal Pati ini adalah satu dari 375 pejuang melawan penjajah dalam perjuangan di Kota Semarang.
Almarhum menghembuskan nafas terakhir karena penurunan kesehatan di rumah keluarga yang berada di Solo pada Jumat (5/5/2023) sekira pukul 10.00 WIB.
Jenazah pejuang ini kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Giri Tunggal yang berada di Kota Semarang, Sabtu (6/5/2023).
Proses pemakaman jenazah dilakukan secara militer. Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Semarang juga ikut mengawal proses peristirahatan terakhir bagi pejuang melawan penjajah ini.
“Almarhum meninggal setelah dimandikan. Sebelum meninggal, almarhum meminta seluruh keluarganya berkumpul, dan setelah permintaannya terpenuhi korban menghembuskan nafas terakhir,” ujar putra Hoeri, Suharyanto usai pemakaman.
Dirinya mengakui memang tidak terlalu dekat dengan ayahnya. Sebab sejak kecil, dirinya sudah ditinggal ayahnya untuk pergi berjuang.
Meski ada rasa canggung namun tetap ada perhatian di antara keduanya.
Sosok almarhum merupakan pribadi yang tegas, sangat peduli kepada sesama dan cinta kepada keluarga. Almarhum juga kerap membagikan kisah perjuangannya kepada anak, menantu dan cucunya.
“Kalau lagi kumpul-kumpul, beliau sering dan senang untuk bercerita saat jaman kemerdekaan dulu,” terangnya.
Perjuangan Hoeri saat Pertempuran Lima Hari di Semarang
Hoeri Prasetiyo merupakan satuan dari Laskar Pertempuran Lima Hari di Kota Semarang.
Hoeri adalah seorang pejuang dari Regu Jagal Jepang yang berani merampas pedang milik tentara Jepang yang saat itu hendak melakukan kekerasan bahkan membunuh masyarakat.
Berjuang bersama komandannya, yakni Sayuto, Hoeri saat itu telah menjadi pejuang sejak umur 19 tahun.
Pada tahun 1945, Hoeri muda nekat menjadi pejuang karena ingin melepaskan diri dari penjajahan.
Selain itu, dirinya juga kesal karena kemerdekaan Indonesia dinilai tak pantas oleh tentara Jepang.
Meski komandannya yang menghabisi tentara Jepang, namun keberanian Hoeri untuk merampas pedang atau senjata tentara Jepang sangatlah heroik. Bahkan, komandan dan anak buah ini sangat dikenal keberaniannya hingga menjadi target penjajah.
Load more