Indramayu, Jawa Barat - Masigi Sapu Angin Sadalu atau Masjid Bondan merupakan salah satu saksi sejarah masuknya agama Islam di Indramayu, Jawa Barat. Sesuai namanya, Masjid ini konon dibangun dalam waktu satu malam oleh seorang wali sakti yang memiliki ilmu sapu angin.
"Masjid ini dibangun pada tahun 1414 masehi, dibangun oleh Syech Bayanila atau Syekh Datul Kahfi yang dikenal Pangeran Atas Angin, seorang penyebar agama islam dari Yaman,. Dia diyakini memiliki ilmu Sapu Angin. Karenanya, Masjid Kuni Bondan juga dikenal dengan sejumlah nama, salah satunya Masjid Sapu Angin." kata Juru Pelihara Masjid Sapu Angin Sadalu, Nurdiyalis Sholat.
Masjid Sapu Angin Sadalu dibangun di Desa Bondan, Kecamatan Sukagumiwang, Kabuparen Indramayu, Jawa Barat. Saat didirikan kawasan ini masih berupa hutan belantara dan belum bernama. Bahkan Cirebon atau Indramayu saat itu belum terbentuk.
"Cirebon dan Indramayu belum ada, tapi masjid ini sudah berdiri, konon ceritanya masjid ini dibangun dalam waktu satu malam" tambah Nurdiyalis saat ditemui tvOnenews,com Sabtu, 9/4/2022.
Masigi atau Masjid Sapu Angin Sadalu juga dikenal sebagai Masjid Darus Sajidin Bondan Barat. Keunikan dari masjid ini, terbuat dari bahan kayu jati, dan satu-satunya masjid panggung yang dibangun pada masa masuknya budaya islam ke wilayah kesultanan Cirebon.
Masjid ini memiliki kesamaan dengan masjid-masjid kuno di Jawa. Yakni memiliki memolo atau kubah hias serta atap tumpang atau sirap yang menjadikan ciri khas bangunan jawa. Masjid ini juga menjadi satu satunya masjid panggung yang dibangun pada masa masuknya budaya islam ke wilayah kesultanan Cirebon.
Nurdiyalis menambahkan masjid yang mendapat perhatian dari kantor suaka peninggalan sejarah dan purbakala banten ini, merupakan satu-satunya masjid tertua di wilayah kesultanan Cirebon. Meski masjid ini sudah di lakukan beberapa renovasi, namun bangunan utama berupa tempat sholat utama dan atap masjid berbentuk tumpang, masih tetap dipertahankan hingga sekarang.
"Masjid Kuno Sapu Angin Sadalu masih dipertahankan bentukya meski beberapakali dilakukan renovasi, seperti panggung. Dengan kayu yang mendominasi, jarak antara permukaan tanah dan lantainya sekitar 50 meter. Terdapat 2 bagian masjid, masing-masing berupa bangunan lama dan bangunan hasil renovasi. Bangunan hasil renovasi hanyalah berupa teras masjid. Sementara, bangunan lama merupakan bagian utama masjid berbahan kayu jati. Penggunaan kayu jati tampak pada atap, dinding bangunan, sampai lantai masjid." papar nurdiyalis.
Ruangan utama masjid berukuran sekitar 9x9 meter yang dilengkapi jendela berbentuk kusen lama, dengan bagian depan masjid yang dilengkapi sebuah relip kecil berbentuk bintang. Atap atau memolo bangunan utama berbentuk limasan yang menjadi ciri khas masjid kuno di jawa.
Hingga kini masjid ini masih digunakan untuk aktivitas umat seperti sholat lima waktu, dan kegiatan lainnya. Terlebih pada saat tertentu kerap digunakan untuk khataman al-quran, dan kajian kitab kuning (Opih Riharjo/Hdi)
Load more