Jawa Barat - Sejumlah pedagang di Garut dan Sumedang yang menggunakan minyak goreng mengeluhkan harga minyak goreng yang masih tinggi. Selain harga yang tinggi, kini minyak goreng pun susah untuk dicari. Begitu juga dengan harga kedelai yang turut naik menyebabkan ongkos produksi membengkak.
Minyak Goreng kini menjadi barang yang langka di Indonesia. Kondisi tersebut dikeluhkan oleh sejumlah pedagang kecil yang menggunakan minyak goreng.
Hakim, (25) Salah seorang pedagang makroni goreng di wilayah Tarogong Garut, mengaku " Blangsak" semenjak minyak goreng langka dan mahal. Hakim biasa menjual makaroni di dekat simpang lima dengan harga Rp5 ribu rupiah per porsi. Namun kini dengan sulitnya membeli minyak goreng dan harganya pun mahal bila ada, membuat ongkos produksi semakin membengkak.
"ya blangsak, pokoknya blangsak pak, saya pakai minyak goreng sebagai bahan dasar jualan makaroni goreng, masa makaroni saya goreng pake air mentah," Kata Hakim kepada tvonenews.com, Senin (21/02/2022) di gerobak daganganya.
Kondisi serupa juga dirasakan oleh pedagang tahu goreng di Sumedang, Jawa Barat. Pedagang mengaku omzetnya sekarang turun hampir 70 persen. Kondisi tersebut dikarenakan harga minyak goreng yang mahal dan diperparah oleh harga kedelai juga yang ikut naik.
"Akibat tingginya harga kacang kedelai, omzet sekarang turun sampai 70 persen ditengah pandemi ini, apalagi sekarang harga minyak goreng sulit didapat dan harganya juga tinggi," kata Rudi seorang pedagang tahu sumedang Saribumi.
Agar tidak merugi akibat ongkos produksi yang tinggi, Rudi kini menaikan harga jual tahu sumedang. Biasanya ia menjual Rp500 per buah, kini ia menjual Rp700 per buah.
"Kita sekarang coba siasati dari ukuran dan harga, sekarang per biji kita jual Rp. 700, omzet masih turun," ucapnya.
Dengan kondisi tersebut, para pedagang berharap pemerintah segera turun tangan untuk menstabilkan harga minyak goreng dan kacang kedelai bisa kembali normal seperti biasanya.
(Taufiq Hidayah/ Lutfi Setia rafsanjani/ fis)
Load more