Bandung, tvOnenews.com - Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Ibrahim Tompo menyebut hingga saat ini sudah memeriksa 23 saksi terkait kasus Subang yaitu pembunuhan terhadap seorang ibu dan anak di dalam bagasi mobil di Dusun Ciseuti, Desa Jalan Cagak, Kecamatan Jalan Cagak, Kabupaten Subang 18 Agustus 2021.
"Setelah beberapa minggu lalu melakukan pemeriksaan tambahan terhadap ke 19 orang saksi. Polda Jabar juga kemarin telah memeriksa empat orang saksi dan itu merupakan saksi lama untuk dimintai keterangan tambahan demi terungkap kasus tersebut," kata Kombes Pol Ibrahim Tompo, seperti disampaikan kepada tvOnenews.com di Mapolda Jabar, Rabu (16/8/2023).
Kombes Pol Ibrahim Tompo mengatakan untuk identitas para saksi belum bisa diekpose guna kepentingan penyidikan kasus ini dan sementara belum ada pemeriksaan terhadap saksi-saksi ahli.
"Itu pemeriksaan tambahan, belum ada saksi baru termasuk saksi ahli," ungkapnya.
Penyidik terus lebih mengintensifkan pemeriksaan terhadap saksi-saksi, sehingga diharapkan kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang tersebut segera terungkap, serta pelaku dapat segera diproses hukum untuk memberikan rasa keadilan kepada korban dan keluarga.
"Untuk target (tersangka) belum bisa dipastikan, karena sampai saat ini terus mendalami keterangan tambahan dari para saksi, kita berharap segera terungkap pelakunya." pungkasnya.
Bebarapa waktu lalu, ahli Forensik dr Sumy Hastry Purwanti hadir sebagai narasumber di podcast Deddy Corbuzier, berbicara soal kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang yang hingga kini belum menemui titik terang.
Pada awalnya Deddy Corbuzier menanyakan kepada dr Hastry apakah ada kasus yang pernah ditanganinya, tapi tak mendapat hasil yang bagus dan membuatnya angkat tangan.
"Kasus Subang, saya dikejar tuh netizen karena kasus subang, yang 18 Agustus tahun 2021 tuh," ujarnya, yang dilansir dari Kanal Youtube Deddy Corbuzier, pada Jumat (2/5/2023).
"Angkat tangannya karena apa tuh?" tanya Deddy Corbuzier.
"Iya, belum ditangkap pelakunya, belum ada. padahal saya sudah otopsi kedua. Dan saya sudah jelaskan, paparkan, udah kasih clue-clue nya, tapi belum ada tersangka sampai sekarang," bebernya.
dr Sumy Hastry Purwanti menyatakan bahwa tugasnya telah selesai dalam menyajikan data dan alat bukti.
"Tapi saya gemes, padahal menurut saya itu bisa (terungkap). Kan nonton CSI toh, kita main DNA, saya ngomongin di sini aja yah, biar didengar," tegasnya.
Dokter Forensik yang pernah menangani kasus Freddy Budiman ini menyebut bahwa DNA di TKP telah diambil, tapi tidak ada yang cocok.
"Kalau nggak ada yang cocok, kita ambil DNA yang saksi itu, ternyata dari saksi itu juga gak ada yang cocok," ujarnya.
"Kita tariklah dari garis keturunan ibu, iya kan itu siapa tahu ada yang cocok gak? ternyata belum dikerjakan," sambungnya.
Tak sampai disitu saja upaya dari dr Sumy Hastry, sebagai dokter forensik dirinya menganalisa dari jam kematian atau waktu kematian (thanatology).
"Saya punya jam kematian loh, jam kematian dia dibunuh, memang jelas dia dibunuh kan. Karena saya kan otopsi, TKP di situ," ungkapnya.
Lebih lanjut, dr Hastry Purwanti membeberkan soal waktu kematian dari kedua korban, ibu dan anak, Tuti Suhartini (55) dan anaknya, Amalia Mustika Ratu (23).
"Bu Tuti mungkin meninggal, ini bukan berdasarkan sesuai visum ya yang saya tulis, pokoknya saya ngomong jam kematian," ujarnya.
"Bu Tuti dibunuh jam 2 sampai jam 4, Amel jam 4 sampai jam 6. Saya bermain dong di jam segitu, handphone siapa yang online, ambillah DNA nya, kita di TKP tuh udah ada 2 DNA yang kita ambil diduga pelaku (yang asing)," ungkapnya.
"Mohon maaf ya, pak Kabareskrim," ucapnya seolah tak enak menyebutkan.
"Berarti lamban dong?" tanya Deddy Corbuzier.
"Ah gua nggak ngomong ya, nggak apa-apa lah gua dipindah ke kamar mayat lagi," ucapnya seolah takut menyebutkan.
"Tapi kan passion anda," Deddy Corbuzier menimpali.
dr Sumy Hastry berharap, sebagai Dokter dan Polisi agar kasus pembunuhan ibu dan anak di Subang tersebut dapat segera terungkap.
"Saya tersiksa untuk Subang itu, wong datang ke mimpiku," pungkasnya.
Perlu diketahui, jabatan terakhir dr. Hastry adalah Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Semarang. Ia merupakan seorang Polwan pertama di Asia yang memiliki gelar Doktor Forensik.(cep/rfi)
Load more