Jembrana, Bali - Setelah terbit surat edaran yang menyatakan tidak perlu lagi melampirkan surat tes antigen dan PCR bagi pelaku perjalanan yang sudah mendapatkan vaksin lengkap, disambut hangat oleh masyarakat.
"Merupakan langkah positif untuk membangkitkan perekonomian, khususnya ekonomi dan pariwisata Bali. Kalau sudah tidak ada rapid test ini, cukup bagus keputusannya," kata Agus, wisatawan asal Jakarta di Bali, Rabu (9/3/2022).
Namun hal ini berbanding terbalik dengan para pengelola klinik. Mereka merasa dirugikan dan harus memberhentikan karyawan karena menurunnya pendapatan.
Salah satu pemilik klinik rapid test antigen, Sriani mengatakan, pendapatan dalam dua hari terakhir sejak diberlakukan penghapusan syarat rapid test menurun drastis. Biasanya setiap hari ada 200 orang, sekarang hanya 15 orang yang rapid test antigen.
"Jauh berkurang banyak dari sebelumnya sekitar 90 persen," keluhnya.
Disamping itu pula, pengelola terpaksa memberhentikan karyawan yang selama ini bekerja di klinik. Untuk menutupi kebutuhan operasional dan gaji pegawai, karena jika masih dengan jumlah karyawan sebelum ada aturan tidak mampu membayar gaji.
Selain karyawan, sejak klinik rapid test menjamur di Gilimanuk muncul calo atau peluncur yang mencari pelaku perjalanan agar rapid test di klinik. Karena sudah minim pelaku perjalanan yang rapid test, peluncur sudah mulai berkurang.
"Kasian sama anak-anak dan para ojek rapid yang kerja, banyak yang diberhentikan," tandasnya.
Mengenai peluncur yang sering dikeluhkan warga karena mencegat pengendara di jalan, meski jumlahnya berkurang tetap menjadi perhatian dari kepolisian. Karena membahayakan pengguna jalan baik pengendara dan peluncur.
"Kami sudah upayakan dengan pendekatan patroli dialogis setiap saat, untuk pembinaan dan imbauan pada peluncur agar tidak menyetop kendaraan dan tidak melakukan pemaksaan," kata Kapolsek Kawasan Laut Gilimanuk Kompol I Gusti Putu Dharmanatha. (Aris Wiyanto/chm)
Load more