Ia juga menerangkan, mengenai gempa megathrust secara ilmiah di dalam peta gempa memang Bali berada di dalam jaur megathrust. Jadi jalur gempa megathrust itu mulai dari Aceh, Selatan Sumatera, Selatan Jawa, Selatan Bali, Selatan NTB, NTT dan belok ke utara.
"Memang dari peta itu, jalurnya gempa yang besar. Itu sebabnya maka daerah-daerah yang dilalui jalur megathrust harus membuat sistem peringatan dini, tsunami early warning. Itu sebabnya sekarang kita di Kuta, Nusa Dua, Pulau Serangan dan beberapa tempat yang lain sudah dibuatkan sirine tsunami, itu adalah early warning system. Karena, kita sudah tahu di situ jalur megathrust," ungkapnya.
Selain itu, juga telah menyiapkan sistem respons tsunami dan gempa karena sistem peringatan dini kalau tidak diikuti respons yang baik kan juga percuma.
"Ini yang membutuhkan ketangguhan. Maka sudah berupaya untuk membangun kapasitas respons di pantai selatan Pulau Bali. Di situ ada tempat evakuasi, kita melatih hotel-hotel dan sudah disertifikasi kesiapsiagaan menghadapi bencana," ujarnya.
"Di Nusa Dua sudah simulasi-simulasi kita lakukan, sehingga dengan demikian jadi ketika ada gempa yang berkekuatan besar berpotensi tsunami, early warning system kita segera memberi peringatan. Kemudian, masyarakat yang di pinggir pantai bisa merespons dengan baik. Sudah kita buat shelter dan penampungan sementara, beberapa hotel sudah kita kondisikan seperti itu," ujarnya.
Ia juga kembali menyampaikan, bahwa wisatawan tidak perlu cemas karena Bali telah menyiapkan mitigasi terkait gempa dan tsunami.
"Bahwa potensi gempa, potensi tsunami bisa terjadi di mana-mana, tidak hanya di Bali. Yang penting sampaikan bahwa Bali telah memiliki sistem peringatan dini untuk tsunami dan membangun kapasitas respons yang baik," ujarnya.
Load more