"Itu yang selalu saya pikirkan setiap hari di saat saya berdoa. Sementara saya melihat semakin banyak anak-anak yang harus dibantu. Saya terimakasih sudah dibantu meringankan beban mereka," ujarnya.
Selain itu, menurutnya penyandang disabilitas merupakan kelompok rentan yang memiliki kemampuan untuk berdaya, tetapi kurang mendapat kesempatan. Bahkan, mereka juga kerap mendapat diskriminasi dari perusahaan akibat kondisi fisik mereka.
"Yang saya tahu bahwa bukan hanya mereka harus melawan keterbatasannya. Tapi mereka juga seringkali direndahkan oleh orang-orang di sekitar mereka. Itulah yang sangat berat, karena mereka harus berjuang di saat mereka katanya orang memiliki kekurangan tapi bagi saya bukan," ujarnya.
Risma juga memuji rencana Ajik Krisna yang ingin membangun pabrik makanan pie susu dengan mempekerjakan 100 persen para difabel.
“Memang tidak mudah mencari orang seperti Ajik yang mau menerima seperti itu. Tapi nanti kalau Ajik bisa membuktikan, kalau mereka (kaum difabel) tidak beda bahkan saya ada di tempat lain mereka jauh lebih semangat, lebih produktif,” ujarnya.
Sementara, Ajik Krisna juga menuturkan niatnya untuk membuat pabrik dengan tenaga 100 persen difabel yang didasari karena pengalamannya mempekerjakan difabel. Saat ini, dirinya mempekerjakan 70 difabel dari total 350 karyawannya. Ia mengaku mengevaluasi kinerja difabel pasca pandemi dan menemukan jika pekerja difabel memiliki kinerja yang lebih baik.
“Setelah pandemi kita mengevaluasi anak-anak difabel ternyata kinerjanya jauh lebih rajin dibandingkan dengan kita yang normal,” ujarnya. (awt/hen)
Load more