Mimika Cetak Sejarah dalam Kerukunan Umat, Pemda dan FKUB Raih Harmony Award 2025 dari Kemenag
- Istimewa
Di sisi lain, FKUB Mimika terbilang aktif dalam memfasilitasi dialog lintas iman, memberikan edukasi tentang moderasi beragama, serta menyelesaikan berbagai isu sensitif secara persuasif dan damai. Kombinasi kinerja inilah yang menempatkan Mimika sebagai salah satu daerah dengan pengelolaan kerukunan terbaik di Indonesia.
Menurut Kementerian Agama, beberapa indikator utama yang membuat Mimika unggul dan layak mendapatkan Harmony Award 2025 antara lain:
1. Dukungan Kebijakan & Anggaran
Pemda Mimika dinilai memberikan dukungan nyata melalui kebijakan yang inklusif serta alokasi anggaran memadai untuk menunjang kegiatan kerukunan dan operasional FKUB.
2. Inovasi & Aktivitas FKUB
FKUB Mimika aktif melakukan mediasi, membangun ruang dialog, dan menggelar edukasi moderasi beragama terutama kepada generasi muda.
3. Stabilitas dan Ketanggapan Daerah
Kabupaten Mimika mampu menangani isu-isu keagamaan secara cepat, tepat, dan damai sehingga tidak berkembang menjadi konflik horizontal.
Penghargaan ini menjadikan Mimika sebagai role model bagi daerah lain, terutama di Papua, dalam menerapkan prinsip moderasi beragama dan menjaga keberagaman dalam bingkai harmoni.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan bahwa capaian harmoni nasional ini bukan hanya prestasi, tetapi amanah besar yang harus dirawat bersama sebagai bangsa.
“Data menunjukkan bahwa kita berada pada tahun indeks harmoni tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Kita harus bersyukur, sekaligus bertanggung jawab untuk memelihara harmoni ini. Tidak mungkin terwujud kerukunan tanpa harmoni, dan harmoni tidak mungkin terwujud tanpa kesediaan kita untuk menerima perbedaan,” tutur Menag di Jakarta, Jumat (28/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa toleransi bukanlah upaya menyeragamkan yang berbeda, atau memisahkan yang sama, melainkan kemampuan menjaga kemesraan dan persahabatan di tengah keberagaman.
Menag juga menekankan pentingnya proses pengindonesiaan ajaran agama, budaya lokal, serta pelokalan nilai keindonesiaan agar identitas keagamaan dan kebangsaan bisa berjalan beriringan.
“Saya seratus persen Muslim, seratus persen Indonesia, dan seratus persen Bugis. Umat beragama lain juga dapat menjadi seratus persen beragama sekaligus seratus persen Indonesia. Jika filosofi ini kita pegang teguh, maka selamat tinggal konflik dan welcome harmoni,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.
Load more