Sebelum Pratama Arhan, Timnas Indonesia Pernah Punya Hartono sang Spesialis Lemparan Jauh: Bek Sayap asal Persebaya
- Omah Balbalan - tvOnenews.com/Julio
Jakarta, tvOnenews.com — Nama Pratama Arhan belakangan mencuri perhatian publik berkat kemampuannya melempar bola ke dalam layaknya tendangan sudut. Namun jauh sebelum Arhan, sepak bola Indonesia ternyata sudah memiliki sosok dengan kemampuan serupa.
Ia adalah Hartono, mantan bek kanan Persebaya Surabaya yang pernah membela Timnas Indonesia di era Pra-Olimpiade 1991 dan Piala Tiger 1998.
Hartono mengisahkan perjalanan karier serta bagaimana kemampuan lemparan jauhnya muncul secara tidak sengaja.
- Omah Balbalan
“Tadi saya lempar kok tahu lemparan saya jauh,” ujarnya sambil tertawa mengenang awal mula kemampuan spesial tersebut dalam kanal YouTube Omah Balbalan.
Kemampuan itu pertama kali ia sadari ketika masih membela Persebaya Junior pada 1988–1989.
“Ketika di Persebaya junior tahun 88–89 saya tidak pernah main. Waktu persiapan putaran nasional dicoba, pemain belakang berhalangan dan saya ditempatkan di bek. Ketika saya lempar, ternyata sampai jauh. Dari situ saya sadar,” jelasnya.
Menurut Hartono, kemampuan itu bukan hasil latihan khusus. Ia mendapatkannya dari aktivitas sehari-hari sebagai anak petani.
“Saya anak petani. Waktu panen tugas saya merontokkan padi dari karung pakai bambu. Mungkin karena sering itu otot saya terbentuk,” tuturnya.
Lelaki kelahiran Gresik, 18 Maret 1970 itu mulai dikenal publik pada usia 18–19 tahun, usia yang sama ketika Pratama Arhan mulai naik daun.
Kemampuannya membuat Persebaya kerap mendapatkan peluang dari lemparan ke dalam, bahkan setara dengan tendangan sudut.
Salah satu momen paling berkesan terjadi di final Piala Utama 1990.
“Saya lempar jauh dan pemain belakang lawan salah antisipasi. Bola jatuh di belakang pertahanan dan Yusuf Ekodono langsung gol. Itu paling berkesan,” katanya.
- tvOnenews.com/Julio Tri Saputra
Mendapat Panggilan Timnas Indonesia
Penampilan impresif Hartono pada akhirnya mengantarkannya masuk ke skuad timnas Indonesia. Dua turnamen besar pernah diikutinya bersama Garuda, yakni Pra-Olimpiade 1991 serta Piala Tiger 1998.
Pada kedua ajang tersebut, ia menjadi bagian penting lini pertahanan tim Merah Putih. Di level klub, Hartono juga mencatatkan sejarah bersama Persebaya Surabaya.
Ia termasuk pemain yang membantu Bajul Ijo meraih gelar Liga Indonesia III—atau yang dikenal sebagai Liga Kansas 1996–1997—di era kepelatihan almarhum Rusdy Bahalwan, sosok yang pula memberi kepercayaan kepadanya untuk tampil di tim nasional.
Selama lebih dari satu dekade, Hartono menunjukkan loyalitas penuh kepada Persebaya.
Ia mengabdikan seluruh perjalanan karier profesionalnya di klub tersebut sejak 1990 hingga akhirnya memutuskan pensiun pada 2001 akibat cedera lutut yang tak kunjung pulih.
Hartono dikenal sebagai salah satu simbol loyalitas Persebaya. Ia tak pernah pindah klub selama berkarier.
“Kalau dihitung dengan junior, saya delapan tahun. Senior 11 tahun. Saya tidak pernah pindah,” ujarnya.
Rasa bangga memakai kostum Bajul Ijo membuatnya enggan hengkang.
“Memakai kaos Persebaya itu kebanggaan luar biasa. Saya anak desa, jadi rasanya sangat istimewa,” ungkapnya.
Meski sempat mendapat tawaran dari klub lain, cedera lutut dan kesibukan di luar sepak bola membuatnya pensiun pada 2001.
Ketika melihat Pratama Arhan kembali mempopulerkan lemparan jauh, Hartono mengaku tersentuh.
“Waktu nonton itu memori saya kembali. Oh iya, saya dulu juga lempar jauh,” ucapnya sambil tersenyum.
Load more