Pantas Timnas Indonesia Tak Pernah Tembus Piala Dunia Sejak Merdeka, Media Amerika Ungkap Akar Masalahnya
- X @timnasindonesia
tvOnenews.com - Timnas Indonesia kembali gagal tampil di Piala Dunia 2026. Hasil tersebut menambah panjang catatan bahwa skuad Garuda belum sekali pun tampil di ajang sepak bola terbesar dunia sejak Indonesia merdeka.
Hal ini turut disorot media Amerika Serikat, The Athletic, yang mencoba mengurai penyebab di balik kegagalan berulang tersebut.
Piala Dunia 2026 akan menjadi edisi terbesar sepanjang sejarah.
- Instagram @erickthohir
Turnamen yang digelar di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko ini akan menampilkan 48 negara peserta, bertambah besar dari edisi sebelumnya yang hanya menampung 32 tim.
Secara logika, penambahan slot seharusnya membuka kesempatan lebih luas bagi negara-negara berkekuatan besar dan berpopulasi tinggi untuk lolos.
Namun kenyataannya justru berbanding terbalik. The Athletic mencatat bahwa banyak negara besar justru gagal menembus babak final, dan sebaliknya, kejutan datang dari negara-negara berpenduduk kecil.
Salah satu contohnya adalah Tanjung Verde, negara kecil dengan sekitar 525 ribu penduduk yang berhasil mengamankan tiket ke Piala Dunia.
Mereka menyusul Yordania dan Uzbekistan yang juga mencatat sejarah lolos.
Bahkan, dari daftar 10 negara terpadat di dunia, delapan di antaranya gagal lolos ke Piala Dunia 2026, termasuk Nigeria yang gugur setelah kalah dari Republik Demokratik Kongo di babak play-off.
The Athletic memasukkan Indonesia sebagai salah satu contoh negara besar yang belum berhasil menembus panggung Piala Dunia sebagai bangsa merdeka.
"Sepak bola adalah olahraga terpopuler di Indonesia, namun penampilan mereka di Piala Dunia hanya tercatat satu kali pada tahun 1938 saat masih dikenal sebagai Hindia Belanda," tulis The Athletic.
Dalam analisanya, The Athletic menilai akar persoalan berada pada lemahnya fondasi sepak bola nasional.
Ada beberapa masalah mendasar yang disebut menjadi penghalang utama.
Pertama soal sistem pembinaan yang belum kuat dan berkelanjutan.
- PSSI
Minimnya fasilitas latihan modern juga dinilai menjadi penghambat perkembangan sepak bola Tanah Air.
Terakhir, pengembangan pemain usia dini juga dinilai belum efektif.
Hal-hal tersebut menyebabkan Indonesia kesulitan mencetak pemain berkualitas tinggi, meski memiliki pangsa populasi dan pecinta sepak bola yang sangat besar.
"Negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia ini kesulitan menghasilkan pemain sepak bola papan atas karena kurangnya infrastruktur, tetapi mereka baru-baru ini mulai mengandalkan diaspora negara tersebut, yang sebagian besar berbasis di Belanda, untuk meningkatkan peruntungan mereka," tegas media The Athletic lagi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mulai memanggil pemain keturunan yang bermain di liga-liga Eropa.
Langkah ini diharapkan bisa mempercepat peningkatan kualitas skuad nasional dalam waktu singkat.
Strategi tersebut memang terlihat membantu, terutama dalam kompetisi level Asia.
Namun bagi negara dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, ketergantungan pada diaspora dianggap sebagai indikasi bahwa pembinaan di akar rumput belum berjalan optimal.
The Athletic bahkan menutup tulisannya dengan pernyataan keras.
"Indonesia belum mencapai Piala Dunia sebagai negara merdeka, tetapi tidak melakukannya kini dianggap di bawah standar," pungkasnya.
Mimpi Indonesia tampil di Piala Dunia 2026 terhenti meski Garuda mencatat sejarah baru dengan berhasil mencapai putaran keempat kualifikasi.
Pencapaian tersebut adalah performa terbaik Indonesia dalam format kualifikasi modern.
Namun kegagalan lolos tetap menjadi sinyal kuat bahwa potensi besar tidak otomatis menghasilkan prestasi, perbaikan harus dimulai dari fondasi sistem, dan pembinaan jangka panjang menjadi kunci keberlanjutan.
Kritik dari media internasional seperti The Athletic bisa menjadi cermin berharga bagi sepak bola Tanah Air untuk menata diri dan bekerja lebih terstruktur menuju Piala Dunia berikutnya. (tsy)
Load more