Barangkali Bisa Jadi Pelajaran untuk Timnas Indonesia, Kim Sang-sik Ungkap Kebiasaan Buruk Pemain Vietnam, Pelatihnya Sendiri yang Bilang Kalau..
- PSSI dan tvOnenews.com/Taufik Hidayat
Jakarta, tvOnenews.com - Pelatih asal Korea Selatan sekaligus mantan rival Shin Tae-yong, Kim Sang-sik, mengungkapkan kebiasaan buruk yang kerap dilakukan oleh para pemain Vietnam. Menariknya, hal ini disebut-sebut bisa menjadi pelajaran berharga bagi Timnas Indonesia.
Pelatih Kim Sang-sik, yang kini dikenal sebagai sosok penting di sepak bola Vietnam setelah membawa The Golden Star Warriors menjuarai Piala AFF 2024, menceritakan pengalamannya selama menangani tim tersebut.
Ia menyoroti perilaku para pemain V.League yang dinilainya merugikan ritme permainan, hingga sempat ia larang ketika memimpin tim nasional Vietnam.
Menurut laporan Soha (Vietnam) yang mengutip wawancara Sports Seoul (Korea Selatan) pada 31 Oktober, Kim Sang-sik bercerita panjang lebar mengenai pengalamannya selama lebih dari setahun bekerja di Vietnam.
Pelatih berusia 48 tahun itu mengaku sempat khawatir akan gagal memenuhi ekspektasi besar publik Vietnam yang masih membandingkannya dengan Park Hang-seo, pendahulunya yang sukses.
“Saya hanya berharap tidak termasuk merusak reputasi pelatih Park Hang-seo, tetapi hasilnya ternyata melebihi harapan,” ujarnya.
Setelah lebih dari setahun melatih, Kim Sang-sik secara jujur mengungkap beberapa kelemahan mendasar para pemain Vietnam. Salah satunya, kebiasaan buruk yang dinilai mengganggu ritme permainan tim.
- tvOnenews.com - Taufik Hidayat
“Ketika pemain Vietnam jatuh saat latihan atau pertandingan, mereka seringkali tidak bisa bangun sendiri – mereka harus menyemprotkan obat atau minum air sebelum berdiri. Saya mengukur waktu sebenarnya bola menggelinding hanya sekitar 45 menit. Jadi saya melarangnya. Saya hanya membiarkan mereka berlatih sekitar 1 jam 10 menit hingga 1 jam 30 menit. Buatlah sesingkat mungkin agar mudah diikuti. Ketika kita mengubah budaya itu, tim menjadi sehat,” kata pelatih Kim Sang-sik.
Pelatih yang dikenal disiplin itu juga mengenang masa-masa awalnya memimpin Vietnam sebagai periode yang penuh tekanan.
“Masa-masa itu begitu sulit sampai saya merasa tercekik, sampai-sampai saya tidak bisa naik lift. Bahkan mengarahkan para pemain saja sudah membuat saya gelisah. Karena berpikir bahwa karena saya, para pemain harus menderita, saya merasa sangat sulit untuk menanggungnya,” kenang Kim.
Dalam memimpin tim, Kim mengaku memiliki pendekatan yang berbeda dengan pendahulunya. Ia memilih pemain berdasarkan kemampuan dan kekuatan saat ini, bukan faktor usia atau senioritas.
“Tidak seperti pelatih sebelumnya, saya memilih pemain bukan berdasarkan usia, melainkan berdasarkan kekuatan mereka saat ini. Berkat itu, para pemain kembali fokus dan memiliki lebih banyak motivasi. Dari situ, tim mulai menjadi lebih kuat,” jelasnya.
Selama setahun menjabat, Kim Sang-sik berhasil mempersembahkan dua gelar kejuaraan Asia Tenggara, masing-masing bersama tim nasional senior dan tim U-23 Vietnam, serta membawa tim U-23 lolos ke turnamen Asia.
Meski gaya bermain timnya belum sepenuhnya memikat publik, dari sisi hasil, Kim dinilai berhasil memenuhi ekspektasi federasi dan penggemar.
Memasuki akhir tahun 2025, Kim Sang-sik masih memikul tugas besar berikutnya, yakni membawa Vietnam meraih medali emas sepak bola putra di SEA Games ke-33.
“Lagi pula, ada tekanan untuk tampil. Sebagai pelatih, tentu saja saya harus meraih hasil. Saya tahu itu tidak mudah. Akhir-akhir ini, banyak tim Asia Tenggara telah membuat kemajuan pesat berkat pemain naturalisasi. Kami masih belum mampu mengimbangi mereka. Namun, kami akan menggunakan kekuatan kami untuk menunjukkan daya saing kami,” tegasnya.
Kim menutup wawancaranya dengan menegaskan bahwa hasil bukanlah satu-satunya fokusnya. Ia ingin turut berkontribusi terhadap perkembangan sepak bola Vietnam secara menyeluruh.
“Hasil memang penting, tetapi saya masih memiliki keinginan yang lebih besar untuk berkontribusi pada perkembangan sepak bola. Sepak bola Vietnam masih memiliki jalan panjang, masih banyak kekurangan. Saya ingin berpartisipasi dalam sebanyak mungkin aspek. Para pemain kami juga harus berkembang dan bermain di luar negeri. Saya ingin mendukung dalam aspek itu,” kata Kim Sang-sik. (ind)
Load more