Tak Mau Kalah dengan Timnas Indonesia, Vietnam Sampai Rombak Undang-undang Negaranya Demi Muluskan Naturalisasi 100 Pemain
- VFF
Khususnya dalam hal ini cabang olahraga sepakbola, untuk menarik sumber daya dengan menarik pemain keturunan Vietnam di luar negeri dan pemain naturalisasi.
Hal ini berkaca pada keberhasilan tim Asia Tenggara lain dalam program naturalisasi seperti Timnas Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Kamboja.
Timnas Malaysia yang diisi banyak pemain naturalisasi baru saja mengalahkan timnas Vietnam asuhan pelatih Kim Sang-sik di babak kualifikasi terakhir Piala Asia 2027.
Hasil ini memberikan tekanan signifikan sekaligus tamparan keras bagi Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) dan juga pelatih Kim Sang-sik.
Sejatinya, Vietnam sudah enggunakan pemain naturalisasi, tetapi jumlahnya terbatas di antaranya Nguyen Xuan Son, Cao Pendant Quang Vinh dan Filip Nguyen.
Meski belum banyak, terdapat banyak perubahan dalam performa tim Vietnam, bisa terlihat dari lini depan, Nguyen Xuan Son menjadi ujung tombak di Piala AFF 2024.
- Laman resmi VFF
Pemain asal Brasil bernama asli Rafaelson Bezerra Fernandes itu juga menjadi pencetak gol terbanyak di Piala AFF 2024 sekaligus membawa tim menjadi Juara.
Faktanya, sepakola merupakan pelopor dalam penggunaan pemain Vietnam yang dinaturalisasi dan pemain luar negeri. Namun, terkait masalah ini, Presiden Federasi Sepak Bola Vietnam (VFF) Tran Quoc Tuan juga sependapat bahwa Vietnam perlu mempertimbangkan banyak aspek saat menggunakan pemain yang dinaturalisasi.
Kendati demikian, jika pemain yang dinaturalisasi digunakan secara luas, Menurut Ketum PSSI-nya Vietnam itu tim sepakbola mereka dapat memiliki tim yang kuat dalam 1-2 tahun tetapi sistem domestik akan melemah.
"Pengembangan berkelanjutan klub-klub domestik menjadi landasan bagi kami untuk terus berkembang. Jika kami menggunakan banyak pemain naturalisasi, motivasi pemain domestik dapat terpengaruh," ucap Tran Quoc Tuan dilansir dari Soha.
"Dan pelatihan pemain muda juga akan menghadapi kesulitan. Kami juga tidak dapat mengabaikan faktor identitas, budaya, dan kebanggaan," tutupnya. (ind)
Load more