ADVERTISEMENT
Advertnative
tvOnenews.com - Timnas Indonesia baru saja mengalami kekalahan memalukan dari Australia dengan skor telak 1-5 dalam laga lanjutan putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Pertandingan yang berlangsung di Sydney Football Stadium pada Kamis (20/3/2025) ini menambah tekanan besar bagi Patrick Kluivert yang baru saja ditunjuk sebagai pelatih kepala menggantikan Shin Tae-yong (STY).
Hasil buruk ini semakin memperumit langkah Indonesia di babak kualifikasi, sekaligus memunculkan kembali perdebatan soal keputusan PSSI dalam mengganti STY dengan Kluivert.
Pada laga tersebut, Timnas Indonesia kebobolan lima kali melalui penalti Martin Boyle di menit ke-18, Nishan Vellupillay (20’), Jackson Irvine (34’ dan 90’), serta Lewis Miller (61’).
Indonesia hanya mampu mencetak satu gol hiburan lewat Ole Romeny di menit ke-78.
Kekalahan ini membuat Indonesia terperosok ke posisi kelima klasemen sementara Grup C, memperkecil peluang untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Pergantian Shin Tae-yong dengan Patrick Kluivert memang menuai pro dan kontra sejak awal.
STY resmi diberhentikan pada 6 Januari 2025 setelah serangkaian hasil kurang memuaskan di kualifikasi, termasuk kekalahan dari China pada Oktober 2024.
Keputusan ini sempat menimbulkan gejolak di kalangan penggemar sepak bola Indonesia yang menilai STY telah membawa progres nyata bagi Timnas Indonesia.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, membela keputusan tersebut dengan menyatakan bahwa pergantian pelatih dilakukan demi masa depan sepak bola Indonesia.
Dalam wawancara dengan Liputan6 Sport di YouTube, Erick bahkan mengaku siap mundur dari jabatannya jika masyarakat merasa dirinya gagal membawa perubahan positif bagi Timnas Indonesia.
"Kalau Glen minta saya mundur, saya mundur," tegas Erick Thohir dalam wawancara tersebut.
Ia menambahkan bahwa keputusan memberhentikan STY bukan diambil secara mendadak, melainkan sudah melalui evaluasi mendalam.
"Kalau rasa pesimisme itu, atau semua lihat saya harus mundur, ya saya mundur. Saya izin ke FIFA, saya pamit," tambahnya.
Menurut Erick, dinamika internal di PSSI dan komunikasi yang kurang berjalan dengan baik menjadi alasan utama di balik pemecatan STY.
"Sebelum pertandingan di China itu sudah terjadi dinamika yang cukup tinggi. Kalau dilakukan (pemecatan STY) saat itu, jarak ke pertandingan berikutnya cukup singkat," ungkap Erick.
Sebagai pengganti STY, Patrick Kluivert diharapkan mampu membawa perubahan besar dalam strategi dan mentalitas tim.
Pelatih asal Belanda itu menandatangani kontrak selama dua tahun dengan opsi perpanjangan. Dalam wawancara dengan De Telegraaf, Kluivert menyatakan antusiasmenya melatih Timnas Indonesia.
"Indonesia adalah negara dengan hampir 300 juta penduduk, banyak di antaranya sangat menyukai sepak bola," kata Kluivert.
Ia juga menilai bahwa Indonesia memiliki potensi besar karena banyak pemain naturalisasi yang berkarier di Eropa.
"Kini ada peluang untuk memanfaatkan pemain-pemain Indonesia yang bermain di Eropa," tambahnya.
Namun, kekalahan dari Australia membuat posisi Kluivert dan Erick Thohir semakin tertekan.
Kekalahan ini dianggap sebagai refleksi dari ketidakmampuan Kluivert dalam menerjemahkan strategi ke lapangan, sekaligus menjadi sorotan bagi Erick Thohir yang dianggap bertanggung jawab atas keputusan pergantian pelatih.
Pernyataan Erick yang siap mundur pun kembali menjadi sorotan. Sebelumnya, setelah kekalahan dari Jepang pada November 2024, Erick sempat menyatakan kesiapannya untuk mundur jika masyarakat menilai dirinya gagal.
"Risiko tentu ada, tetapi lebih baik ambil risiko daripada menyesal di kemudian hari," tegas Erick saat itu.
Kini, publik menanti bagaimana Patrick Kluivert akan memperbaiki situasi di pertandingan berikutnya melawan Bahrain.
Jika Indonesia kembali gagal meraih hasil positif, tekanan terhadap Kluivert dan Erick Thohir dipastikan akan semakin besar.
Keberhasilan Kluivert tidak hanya menjadi penentu nasib Timnas Indonesia di kualifikasi, tetapi juga akan menjadi ujian besar bagi Erick Thohir dalam mempertahankan jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.
Keputusan Erick untuk mengganti STY dengan Kluivert kini dipertaruhkan. Jika hasil buruk terus berlanjut, bukan tidak mungkin Erick benar-benar akan memenuhi ucapannya untuk mundur dari posisi Ketua Umum PSSI. (udn)
Load more