Timnas merupakan juara Grup A setelah mengalahkan Filipina dengan skor 2-0, Singapura (9-0) dan 2-1 atas Vietnam. Indonesia mengumpulkan nilai 9 poin dari tiga laga. Myanmar menjadi juara Grup C dengan 7 poin setelah menang 3-2 atas Australia, seri 1-1 dengan Malaysia, dan 1-0 atas Kamboja.
Tampil memukau sepanjang fase grup, pelatih Timnas U-16, Bima Sakti, menjelaskan timnya harus tetap fokus menatap dua pertandingan sisa, semifinal dan final. Bima juga tak ingin para pemain larut dalam kegembiraan berlebihan (euforia) hanya karena meraih kemenangan pada pertempuran awal.
“Ini pembelajaran untuk pemain. Kami sebagai tim pelatih dan ofisial sudah mengedukasi mereka, memberi ilmu, memosisikan diri kami sebagai orang tua, kakak, atau teman bagi mereka. Bukan hanya ilmu bola saja, tapi di luar lapangan itu sangat penting agar mereka bisa belajar,” jelas Bima.
Staf pelatih juga mengajarkan peraturan-peraturan. “Kami batasi penggunaan telepon seluler. Selain itu, kami juga menjaga disiplin mereka dengan ibadah bersama-sama. Untuk pemain non-muslim, setiap hari minggu, kami memberi kesempatan ke gereja, kami siapkan kendaraan,” imbuh Bima Sakti.
“Contoh lain untuk I Komang Ananta Krisna Putra. Setiap minggu, kami antar dia naik mobil ke Pura. Hal terpenting ialah ibadah. Kami juga edukasi ke pemain untuk jangan cepat puas, jangan sombong,” sambung mantan pemain dan kapten Timnas era 1990-an dan 2000-an.
Bima Sakti juga mencontohkan sikap hormat terhadap rekan seprofesi. “Kemarin tiba-tiba Marselino Ferdinan kirim pesan whatsapp ke saya, mengucapkan selamat atas kemenangan pada pertandingan melawan Filipina, semoga berikutnya lebih baik,” buka Bima Sakti.
“Saya ceritakan itu ke pemain. Itu menjadi contoh, mudah-mudahan ada Marselino-marselino lain yang bisa teruskan tradisi seperti itu dari tim ini,” beber Bima tentang contoh kedekatan di antara seluruh awak Timnas, bahkan terhadap rekan yang telah meninggal dunia, yakni Alfin Lestaluhu.
“Hampir tiga tahun, Alfin meninggalkan kita semua, banyak kenangan dengan dia. Satu yang paling saya ingat adalah saat dia dengan berani menghampiri saya dan bilang ke saya, untuk mengambil tendangan penalti melawan Vietnam di Chonburi,” cerita pelatih yang kini berusia 46 tahun.
“Meski gagal mengeksekusi penalti, begitu tidak gol, Alfin langsung datang ke saya lagi, terus minta maaf. Saya bilang, tidak usah minta maaf, kamu hebat. Saya salut dengan keberaniannya, anak umur segitu punya mental dan keberanian yang saya sulit bisa katakan dengan kata-kata,” kenang Bima.
Sebagai bentuk penghormatan dan kenangan pada Alfin Lestaluhu, para pemain Timnas U-16 membawa serta jersey Alfin saat melakukan sesi foto sebelum pertandingan. Awak Garuda Belia juga melakukan hal hampir sama dengan menempatkan foto-foto orangtua pemain di ruang ganti.
“Melihat mental dan emosi anak-anak yang masih labil, kadang suka mengingat orangtua, maka pelatih dan ofisial sepakat untuk menaruh foto-foto orangtua di ruang ganti agar pemain bisa terus mengingat dan berdoa untuk kedua orang yang telah melahirkan dan membesarkan mereka,” tambah Bima.
Dengan cara mengingat orangtua, mengenang sahabat, dan menjalankan tuntunan agama, Bima Sakti dan staf pelatih berharap, seluruh pemain Timnas U-16 Indonesia makin bersemangat untuk tampil secara maksimal dan mampu mempersembahkan prestasi bagi nusa dan bangsa.
Squad asuhan Bima Sakti akan bertanding melawan Myanmar pada laga semifinal Piala AFF U-16 2022, Rabu, 10 Agustus 2022, di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, mulai pukul 20:00 WIB. Timnas U-16 optimistis memancang target lolos dari semifinal dan lantas tampil maksimal pada laga final. (raw)
Load more